Pertumbuhan ekonomi mulai melambat pada triwulan I 2020 dan masuk ke zona negatif pada triwulan II 2020. Seluruh komponen pengeluaran dan mayoritas sektor lapangan usaha terdampak. Pelemahan di sektor riil juga terlihat pada aktivitas manufaktur yang terkontraksi signifikan pada April.
Sektor keuangan, tutur dia, juga tertekan oleh pandemi. Nilai tukar rupiah terdepresiasi signifikan ke level 16.500 pada Maret. Demikian pula dengan IHSG yang terus mengalami koreksi dan turun hingga mencapai level di bawah 4.538 di akhir bulan Maret. Penurunan indeks IHSG ini menyebabkan nilai kapitalisasi pasar Indonesia anjlok ke Rp 4.556,3 triliun atau turun lebih dari Rp 2,690 triliun dibandingkan posisi awal 2020.
Namun IHSG dan nilai tukar rupiah saat ini telah menunjukkan adanya pemulihan. Seiring dengan itu, Airlangga melihat nilai kapitalisasi pasar secara perlahan meningkat. Pada penutupan 29 Desember 2020, angka tersebut sudah kembali ke nilai Rp 7.033,76 triliun atau naik lebih dari Rp 2.477 triliun dibandingkan posisi terendah di akhir Maret 2020.
Sementara itu, politikus Golkar ini melihat perkembangan perusahaan yang melantai di bursa pada 2020 meski lebih sedikit dibandingkan tahun lalu, masih lebih baik dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN. Tren masuknya aliran modal asing turut berkontribusi pada penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta tetap tingginya daya tarik aset keuangan domestik.
"Setelah sempat mengalami net outflow cukup besar pada Maret 2020 yang mencapai US$ 7,9 miliar, sejak Mei 2020 aliran modal terus mengalami net inflow dimana pada Oktober 2020 sebesar US$ 1,2 miliar dan November 2020 sebesar US$ 1,3 miliar," kata Airlangga.
Baca juga: 2021, Plafon KUR untuk UMKM Ditetapkan Naik jadi Rp 253 Triliun
CAESAR AKBAR