TEMPO.CO, Jakarta – Optimisme pelaku usaha terhadap pemulihan permintaan pasar jangka pendek karena momentum akhir tahun mendorong kenaikan ekspor Indonesia pada November lalu. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Khamdani berujar kenaikan permintaan akan produk Indonesia sejalan dengan normalisasi ekonomi yang terus berjalan di berbagai belahan dunia.
Normalisasi ekonomi dunia ini, kata dia, untuk mengejar pertumbuhan setelah krisis sepanjang dua triwulan terakhir. “Yang mulai pulih bukan hanya agregat permintaan terhadap ekspor, tetapi juga harga komoditas global yang tercatat naik cukup signifikan pada November,” tutur Shinta kepada Tempo, Selasa 15 Desember 2020.
Mengutip data Bank Dunia, Shinta mengatakan ekspor Indonesia diuntungkan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas, seperti batubara, pangan, hingga minyak sawit mentah (CPO).
Shinta memperkirakan kinerja tersebut akan bertahan karena harga komoditas akan terus meningkat hingga normalisasi ekonomi global secara penuh. Namun dalam jangka menengah-panjang, kemungkinan akan stagnan atau turun, khususnya untuk batubara karena adanya tren global terhadap energy terbarukan (renewable energy).
“Jadi sebelum itu terjadi sebaiknya Indonesia sudah mendiversifikasi sebagian komoditi ekspor nasional dari barang mentah menjadi barang bernilai tambah, baik setengah jadi hingga barang jadi agar kinerja ekspor lebih stabil paska pandemi,” tutur dia.