Kenaikan permintaan pasar secara global ini juga ditunjukkan lewat peningkatan impor bahan baku atau penolong dan barang modal pada November lalu. Namun, karena daya beli dan keyakinan konsumsi masih tertahan, industri nasional tidak meningkatkan kinerja secara besar-besaran karena tidak mau mengambil risiko.
Peningkatan impor tersebut juga dinilai belum cukup untuk meningkatkan investasi atau lapangan kerja baru untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional secara signifikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,61 miliar pada November 2020. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$15,28 miliar atau naik 6,36 persen dari US$14,36 miliar pada Oktober 2020.
Sedangkan nilai impor mencapai US$12,66 miliar atau meningkat 17,4 persen dari US$10,79 miliar pada bulan sebelumnya. Adapun impor bahan baku/penolong naik 13,02 persen menjadi US$8,93 miliar dan barang modal melonjak 31,54 persen menjadi US$2,43 miliar jika dibandingka dengan Oktober lalu.
"Barang modal yang diimpor adalah mesin-mesin dari China. Kenaikan impor modal diharapkan bisa berpengaruh positif bagi pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV ini," ujarnya.
Baca: Ekspor Ke Filipina, PT INKA Kirim 3 Lokomotif dan 15 Gerbong
LARISSA HUDA