TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Bidang Humas DPP Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Edward Basilianus mengatakan selama pandemi Covid-19, omzet produk herbal dan jamu di pasar global meroket hingga US$ 138,5 miliar. Peningkatan omzet yang fantastis didorong oleh tingginya konsumsi masyarakat terhadap obat hingga suplemen herbal.
“Sekitar 55 persen adalah obat-obatan herbal dan sisanya produk makanan herbal, suplemen, dan produk-produk kecantikan herbal,” ujar Edward dalam webinar Markplus Inc pada Selasa, 17 November 2020.
Berdasarkan tren yang berkembang selama pandemi, terdapat tiga produk herbal yang digemari. Produk-produk itu berasal dari bahan dasar habatus sauda, temulawak, dan kurkumin.
Bercermin pada tren saat ini, Edward menjelaskan, pemerolehan omzet produk herbal akan terus naik dengan proyeksi pertumbuhan 6,7 persen per tahun. Pada 2026, omzet pasar pun diperkirakan bisa menyentuh US$ 218,9 miliar.
Dari total penjualan produk herbal di kancah global, potensi nilai pemasaran di Indonesia yang tercatat oleh Kementerian Perindustrian baru mencapai Rp 20 triliun dengan ekspor Rp 16 triliun. Edward meyakini, kontribusi produk herbal Tanah Air bisa lebih digenjot karena negara memiliki potensi tanaman obat yang besar.
Musababnya dari total tumbuhan obat di dunia yang berjumlah 45 ribu jenis, sekitar 33 ribu di antaranya berada di Indonesia. Tanaman-tanaman ini pun belum banyak dieksplorasi. Sebagai upaya untuk memanfaatkan potensi yang tersedia, Edward mengatakan kelompoknya mendorong peningkatan produk-produk unggulan di berbagai daerah.