4. Ekspor dari Indonesia Membaik
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, memprediksi hal serupa. Dia memperkirakan bila Biden unggul dari lawannya, situasi ini akan menguntungkan Indonesia. Sebab, keran ekspor Indonesia akan pulih terutama dalam hal pengiriman komoditas ke AS. Ekspor bahan baku ke Cina pun akan membaik.
Dalam hal stimulus, Biden pun dinilai lebih pro terhadap kelas menengah AS yang merupakan pasar besar produk garmen dan alas kaki dari Indonesia. “Berbeda dengan Trump yang pro terhadap keringanan pajak bagi kelas atas/elite,” ucapnya.
Di sisi lain, Bhima menjelaskan, Biden yang merupakan sosok antitetis Trump, khususnya di bidang kebijakan lingkungan, akan menghambat ekspor komoditas energi Indonesia berbasis fosil dan kelapa sawit. Ia menduga hambatan non-tarif akan muncul, yakni hal-hal yang meliputi pemenuhan standar lingkungan. Standar ini kelak bakal diperketat. “Produsen sawit harus bersiap siap,” ucap Bhima.
5. Kesepakatan Dagang RI-AS Perlu Dinegosiasi Ulang
Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi memperkirakan pemerintah harus memulai dari awal pembahasan kesepakatan perdagangan yang sebelumnya diteken oleh Presiden Donald Trump.
Ia menyebutkan pembahasan harus dimulai dari awal karena komitmen kesepakatan dagang Indonesia dengan AS di bawah Presiden Donald Trump sudah jauh lebih dalam.
Salah satu hasil kesepakatan dagang dengan AS di bawah Trump yang dimaksud adalah diperpanjangnya fasilitas GSP oleh AS hingga rencana negosiasi kesepakatan dagang terbatas (LTD).
"Kalau misal Joe Biden yang menang mungkin kita harus memulai pembicaraan lagi dari awal. Tapi Biden pun akan melihat Indonesia penting dan saya rasa ini masalah negosiasi saja," kata Fithra, Kamis, 5 November 2020.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY | BISNIS | ANTARA
Baca: Joe Biden Kian Unggul di Pilpres AS, IHSG Meroket Hingga Menyentuh 5.250,32