Di samping itu, menurut Piter, BI juga perlu memberikan waktu kepada perbankan untuk merespon penurunan suku bunga yang Lalu. Pasalnya, transmisi ke suku bunga kredit perbankan belum turun sebesar penurnan suku bunga acuan.
Senada, Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana merekomendasikan agar suku bunga acuan tetap bertahan di 4 persen. Menurut Wisnu, perdagangan dan transaksi berjalan memang terlihat membaik, tercermin dari neraca perdagangan Indonesia yang mencetak surplus sebesar US$2,3 miliar pada Agustus 2020.
Ekspor mengalami kontraksi sebesar -8,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), membaik dari Juli 2020 yang terkontraksi -9,9 persen yoy. Sementara, impor juga mengalami kontraksi yang menyempit sebesar -24,2 persen yoy, dibandingkan dengan -32,6 persen pada Juli 2020, terutama impor barang modal.
Namun demikian, kata Wisnu, meski perdagangan dan transaksi berjalan membaik, arah kebijakan moneter secara umum bergantung pada aliran modal atau finansial.
"Beberapa faktor seperti tren kenaikan inflasi global dan domestik, serta volatilitas rupiah belakangan ini juga perlu dicermati. Permintaan kami kebijakan suku bunga tetap ditahan," kata dia.
Sebagai catatan, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III di kisaran 0 persen hingga minus -2,1 persen. Jika realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa mencapai angka positif pada kuartal tersebut, maka secara teknikal Indonesia akan mengalami resesi.
Baca juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 4 Persen