TEMPO.CO, Jakarta - Kontribusi ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih relatif kecil, yaitu sekitar 14 persen. Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan volume ekspor dari produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) naik dua kali lipat dari 14 persen menjadi 28 persen pada 2024 mendatang.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan salah satu strategi Kemenperin adalah pemetaan kemampuan atau link and match antara industri kecil menengah dengan industri besar. Menurut Gati, pelaku IKM perlu memasok industri besar karena mereka harus masuk dalam rantai pasok global.
Pelaku IKM yang sudah bisa mensuplai industri besar, kata Gati, akan mudah masuk pasar ekspor. "Tujuan link and match ini supaya pelaku IKM mengetahui syarat produk untuk menjadi pemasok industri besar. Industri besar akan memberikan penilaian, baik bahan baku maupun proses produksi," tutur Gati kepada Tempo, Selasa 25 Agustus 2020.
Untuk mendukung tujuan tersebut, Gati menuturkan pemerintah bekerja sama dengan akademisi, perguruan tinggi, atau pun sektor pertanian untuk menggodok bahan bakunya. Dalam produksi ada dua faktor, yaitu sumber daya manusia dan mesin.
Selain pelatihan, Gati mengatakan pelaku IKM akan didampingi. Kemudian, lewat program restrukturisasi, pemerintah juga menyiapkan program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi dengan memberikan potongan harga 30 persen. "Sisa 70 persen dari pembeliannya akan didorong lewat perbankan atau Bank Milik Negara (Himbara) supaya KUR (kredit usaha rakyat) didorong ke sana," kata Gati.
Baca Juga: