TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan perbedaan dua krisis ekonomi yang ia alami semasa menjadi menteri, yaitu pada 2008 dan 2020.
Sri Mulyani sebelumnya pernah menjadi menteri keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005-2010. "Kami kan enggak pernah memilih ya. Karena kita enggak pernah tahu (akan mengalami krisis)," ujar Sri Mulyani dalam sebuah acara daring, Jumat, 24 Juli 2020.
Saat pertama menduduki kursi menteri keuangan, Sri Mulyani mengatakan ekonomi dunia sedang positif dan melejit. Namun, masalah Lehman Brothers mendadak muncul di Amerika Serikat dan berdampak luar biasa pada dunia. Krisis kala itu dipicu sektor keuangan, baik bank maupun non-bank.
"Yang porak poranda alami kebangkrutan di AS dan Eropa adalah perbankan. Perbankan yang rusak itu spill over-nya ke sektor riil karena kemudian perusahaan-perusahaan tidak bisa mengakses kredit. Kemudian kita mengalami kredit macet karena terjadi kepanikan," kata Sri Mulyani.
Krisis pada 2008-2009, ujar Sri Mulyani, menyebabkan goncangan hebat pada lembaga keuangan dan korporasi besar yang meminjam kepada lembaga keuangan maupun melalui surat berharga. Situasi tersebut menyebabkan bank sentral di AS dan Eropa menggelontorkan dana besar untuk membail-out perusahaan terdampak.