TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kini menghadapi ancaman resesi ekonomi, mengikuti jejak Singapura dan Korea Selatan. Untuk menghindari hal tersebut, pemerintah berjuang keras agar ekonomi kuartal 2 tahun ini tidak tumbuh negatif, minimal 0 persen.
"Tentu kami harus menjaga agar di kuartal 3 tidak negatif atau bahkan bisa masuk ke nol," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam webinar bersama Pemuda Muhammadiyah pada Kamis, 23 Juli 2020.
Sejak awal tahun, ekonomi Indonesia sudah menunjukkan pelemahan dan hanya tumbuh 2,97 persen year-on-year (yoy). Kuartal 2, pemerintah memprediksi ekonomi akan minus 4,3 persen. Jika kuartal 3 kembali negatif, maka secara teknis ekonomi Indonesia sudah dinyatakan resesi.
Tempo mengumpulkan sejumlah fakta di balik ancaman resesi ini, berikut di antaranya.
1. Resesi di Indonesia Diprediksi Tidak Separah Negara Lain
Airlangga menyebut tidak ada negara yang aman dari ancaman resesi akibat Covid-19. Dari data yang dihimpun Airlangga, ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan beberapa emerging countries dengan penduduk besar seperti India dan Brazil.
Namun, negara tetangga seperti Vietnam unggul atas Indonesia. Begitu pun Cina yang sudah rebound dan tumbuh positif pada kuartal 2.