TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri sekaligus CEO QM Financial Ligwina Hananto menyebut salah satu kesalahan utama yang dilakukan orang dalam mengelola keuangan adalah tidak mempersiapkan kebutuhan masa mendatang. "Kesalahan utamanya adalah hidup untuk hari ini," ujar Ligwina dalam acara Ngobrol Bareng Tempo yang disiarkan live di akun instagram @tempodotco, Senin malam, 22 Juni 2020.
Ia mengatakan banyak orang yang hanya memikirkan hidup hari ini. Artinya, setiap ia mendapat pemasukan misalnya bulanan, maka uang itu dihabiskan hanya untuk periode tersebut dan tidak mempertimbangkan waktu mendatang. "Kita lupa bahkan bahwa di agama pun diajarkan kalau punya uang sekarang jangan semua dihabiskan, harus disimpan untuk hari esok."
Ligwina lantas menyitir sebuah kisah Nabi Yusuf. Ia menceritakan Yusuf sempat dipanggil oleh Firaun untuk menerjemahkan arti mimpi sang raja. Kala itu, Firaun bermimpi ada tujuh sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh sapi kurus. Lantas, Yusuf menerjemahkan bahwa akan datang tujuh musim panen yang diikuti tujuh musim kering.
"Jadi kalau kamu punya panen itu jangan semua dihabiskan. Simpan sebagian agar ketika musim susah bisa dikeluarkan untuk kasih makan rakyat. itu saja sudah jelas bahwa kalau gajian bulan ini jangan dihabiskan," kata Ligwina.
Ia mengatakan bahwa dalam pengelolaan keuangan harus ada horizon bahwa hidup ada hari esoknya. Dengan demikian, orang harus memiliki sistem penganggaran, serta mengetahui pengeluarannya sehari-hari. "Selama ini ada yang dapat penghasilan hari ini, dimakan hari ini. Coba tidak seperti itu," tutur Ligwina.
Ligwina pun mengatakan masyarakat bisa menabung dana darurat sekaligus berinvestasi di waktu yang sama. Ia mengatakan hal tersebut bisa dilakukan dengan menyisihkan sedikit pemasukan untuk investasi dan nominal yang lebih besar untuk dana darurat.
"Jadi setor jumlah yang sangat kecil untuk jangka waktu yang sangat panjang. Di waktu yang sama, menyimpan dana darurat dalam jumlah yang lebih besar," ujar Ligwina.