TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI Sunarso bercerita dirinya sempat dihujat netizen. Hujatan itu muncul pada awal Maret 2020 saat ia menyampaikan target pertumbuhan kredit BRI mencapai double digit di kuartal I tahun 2020.
Saat itu Sunarso menyampaikan wabah virus Corona atau Covid-19 sudah ada, tapi kebijakan penanganan dampak ke perbankan dan perekonomian belum keluar. BRI masih optimistis bisa tumbuh double digit, karena ditopang segmen UMKM di mikro.
"Kemudian saya dihujat netizen terlalu optimistis," kata Sunarso dalam paparan kinerja keuangan secara virtual, Kamis, 14 Mei 2020.
Namun, saat ini BRI mampu merealisasikan target tersebut. Sunarso menyebutkan salah satu penyokong utama pertumbuhan kredit adalah kredit mikro yang 12,72 persen, retail menengah tumbuh 12,25 persen akhir Maret 2020.
Komposisi kredit UMKM BRI dibanding total kredit BRI pun merangkak naik dari 77,37 persen di kuartal I 2019 menjadi 78,31 persen pada kuartal I 2020. Hal itu merupakan salah satu bentuk upaya perseroan sebagai langkah countercyclical terhadap UMKM agar roda perekonomian terus berputar.
Adapun pertumbuhan kredit BRI sebesar 10,05 persen pada triwulan I 2020. Kredit BRI itu tumbuh di atas rata rata industri yang sebesar 7,95 persen.
“Secara konsolidasi Bank BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 930,73 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 845,72 triliun," kata Sunarso.
BRI, menurut dia, juga membuktikan tetap tumbuh melalui selective growth dan prudent dalam menyalurkan fasilitas pinjaman. Hal itu tercermin dari pengelolaan rasio kredit bermasalah BRI, di mana pada akhir Maret 2020 rasio kredit macet atau NPL BRI tercatat 3 persen jauh di bawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5 persen.