TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas anjlok dan diperdagangkan di kisaran level US$ 1.500 per troy ounce pada Kamis 12 Maret 2020. Penurunan harga logam mulia ini dinilai sebagai imbas dari aksi ambil untung alias profit taking investor.
Seperti dikutip Bloomberg, Head of Precious Metal Marex Spectron David Govett mengatakan bahwa penurunan harga emas ini didorong oleh menguatnya dolar AS sehingga membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang selain greenback. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan mata uang utama, bergerak menguat 1,09 persen ke level 97,556.
"Selain itu, ada aksi jual emas karena investor perlu untuk mengurangi kerugiannya akibat jatuhnya pasar saham AS dan hampir di seluruh dunia," ujar David seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis 12 Maret 2020 malam.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis hingga pukul 21.04 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah 2,67 persen menjadi US$ 1.591,42 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak April 2020 di bursa Comex bergerak melemah 3,07 persen menjadi US$ 1.591 per troy ounce.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan,anjloknya harga emas dipicu oleh mayoritas bursa berjangka di seluruh dunia yang menaikkan jaminan transaksi per lot. Hal ini mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi profit taking atau ambil untung dengan menjual investasi emasnya.
"Pasar tahu harga emas akan naik tajam setelah World Health Organization [WHO] mendeklarasikan virus corona sebagai wabah pandemik, sehingga pasar mengambil langkah untuk taking profit terlebih dahulu," ujar Ibrahim kepada Bisnis, Kamis malam.
Dia memperkirakan harga emas turun ke level US$1.500 per troy ounce terlebih dahulu. Namun nantinya harga akan naik lagi mengejar target harga selanjutnya di US$ 1.800 per troy ounce.
BISNIS