TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada awal pekan ini, 2 Maret 2020, diperkirakan masih tertekan dipicu sentimen wabah COVID-19.
Rupiah pada Senin pagi bergerak melemah 57 poin atau 0,4 persen menjadi Rp 14.375 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.318 per dolar AS.
"Wabah virus corona masih menjadi headline dan sentimen negatif untuk aset berisiko di awal pekan ini, termasuk rupiah berpotensi tertekan lagi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin
Berita-berita menginformasikan penambahan orang terinfeksi di luar Cina dengan laju yang cepat seperti di Korea, Italia dan Iran, dan ada negara baru yang terinfeksi.
Indeks saham Asia terlihat dibuka negatif pagi ini. Pasar masih tertarik mengalihkan aset ke aset aman.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS terus turun ke level terendah baru pada 1,027 persen karena tingginya permintaan.
Pasar juga mengantisipasi buruknya data indeks aktivitas manufaktur Cina pada Februari yang disurvei oleh Markit. Data berpotensi menunjukkan aktivitas manufaktur Cina akan berkontraksi.
Kontraksi manufaktur di Cina bisa memberikan dampak negatif ke negara mitranya terutama penyedia bahan baku.
Ariston memprediksi rupiah Senin ini masih berpotensi tertekan di kisaran Rp 14.100 per dolar AS hingga Rp 14.400 per dolar AS.
"Tapi pagi ini, seiring market berjalan, ada isu aksi stimulus global yang memberikan sentimen positif ke pasar keuangan," katanya.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi juga memprediksi rupiah Senin ini masih berpotensi tertekan dan diperdagangkan di kisaran Rp14.170 per dolar AS hingga Rp14.350 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.413 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.234 per dolar AS.
ANTARA