TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat posisi neraca perdagangan pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar US$ 864 juta atau US$ 0,86 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, neraca perdagangan itu terpengaruh oleh turunnya nilai impor migas dan non-migas.
"Pemerintah sudah membuat berbagai kebijakan dan tentu kita harapkan, misalnya implementasi B30, bisa bergulir dengan mulus, sehingga neraca perdagangan membalik menjadi surplus," kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin, 17 Januari 2020.
Menurut dia, nilai ekspor pada Januari 2020 sebesar US$ 13,41 miliar atau turun 7,16 persen ketimbang Desember 2019. Ekspor migas pada bulan lalu hanya mencapai US$ 0,81 miliar. Sedangkan ekspor non-migas mencapai US$ 11,61 miliar.
Suhariyanto menerangkan, penurunan impor terjadi untuk barang konsumsi, bahan baku atau penolong, dan barang modal.
Sementara itu, nilai impor pada Oktober tercatat sebesar US$ 14,28 miliar atau mengalami penurunan sebesar 1,60 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Suhariyanto menuturkan ekspor migas hanya mencapai US$ 1,99 miliar, sedangkan non-migas US$ 12,29 miliar.
Sebelumnya, BPS melaporkan, nilai ekspor pada Desember sebesar US$ 14,47 miliar, naik 1,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, nilai impor pada Desember 2019 tercatat US$ 14,5 miliar, turun 5,62 persen year-on-year. Dengan demikian, neraca perdagangan Desember defisit sebesar US$0,03 miliar, sedangkan sepanjang 2019 mengalami defisit US$ 3,20 miliar.