Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Para Spekulan yang Bermain

image-gnews
TEMPO/TONY HARTAWAN
TEMPO/TONY HARTAWAN
Iklan
Majalah TEMPO, Jakarta:

SATU tahun sudah minyak mentah menggoyang dunia. Tahun lalu, harga emas hitam itu masih berpusar di level US$ 50 per barel. Juli lalu harganya nyaris menyentuh US$ 150. Beberapa kalangan menuding negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) turut andil dalam mengerek harga tersebut karena enggan meningkatkan suplai.

Presiden OPEC Chakib Khelil membantahnya. Menurut pria kelahiran Maroko 69 tahun lalu itu, organisasi yang dikepalainya tak bisa mengontrol harga minyak. Hal ini pula yang disampaikan mantan Presiden Sonatrach Oil—perusahaan minyak milik pemerintah Aljazair—ini kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa pekan lalu. ”Kami hanya bisa mempengaruhi satu parameter, yakni sisi suplai,” katanya.

Khelil juga membicarakan keputusan Indonesia keluar dari OPEC dengan Presiden Yudhoyono. Indonesia sendiri menjadi anggota organisasi itu sejak 1962. Meski terkesan menyayangkan keputusan Indonesia, Khelil bisa menerima hal itu. ”Sebagai negara berdaulat, hak Indonesialah untuk keluar dari OPEC,” kata Menteri Energi dan Pertambangan Aljazair itu kepada Heri Susanto, Muchamad Nafi, dan Bunga Manggiasih dari Tempo untuk wawancara khusus Rabu pekan lalu di ruang Doha, Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan.

Mengapa harga minyak melambung begitu cepat?

Selama 20 tahun, harganya hanya berkisar US$ 15-20. Kini jauh di atas itu. Situasi sekarang bisa terjadi antara lain karena tiga anggota OPEC yang diembargo. Libya tidak dapat mengimpor suku cadang, material, dan peralatan sehingga tidak dapat meningkatkan produksi. Irak yang biasanya menghasilkan enam juta barel per hari kini hanya dua juta barel per hari setelah perang. Iran juga diembargo. Belum lagi produksi minyak Venezuela yang turun hingga 3,5 juta barel per hari.

Lalu ada krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, yang berakibat buruk terhadap dolar. Dua tahun lalu, nilai tukar dolar terhadap euro 1 : 1, sekarang 1 : 1,57. Padahal harga dolar sangat mempengaruhi harga minyak karena mata uang itu yang digunakan dalam perdagangan minyak. Selain itu, ada ketakut­an bahwa ekonomi dunia akan terpengaruh.


Jadi OPEC tidak bisa mempengaruhi harga minyak dunia?

Tidak. Kami cuma bisa mempengaruhi satu parameter, yaitu suplai. Kami tidak bisa mempengaruhi permintaan, nilai tukar dolar, atau situasi geopolitik. Kami telah melakukan apa yang kami bisa. Tidak ada masalah persedia­an, siapa yang ingin membeli minyak, ia bisa mendapatkannya. Tapi ada faktor-faktor lain yang tidak bisa dikontrol OPEC. Nyatanya, ketika Arab Saudi menaikkan produksi sekitar 500 ribu barel, harga tidak turun juga. Semestinya, dalam perekonomian dunia yang melemah, permintaan berkurang.

Negara anggota lain tidak ikut menambah produksi?

Tidak ada negara lain yang setuju meningkatkan produksi. Mereka melihat tidak ada kebutuhan di pasar. Kalau tidak ada Arab Saudi, masalah lebih besar bisa muncul.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jadi bagaimana prediksi Anda tentang harga minyak ke depan?

Tidak ada yang bisa memperkirakan, karena ini bukan masalah permintaan dan penawaran. Kalau kita menyelesaikan masalah dolar, kita akan melihat harga minyak turun. Soal geopolitik juga. Harga pun bisa turun menjadi US$ 70-80. Bukan besok, tapi mungkin satu-dua tahun lagi. Ini menunggu krisis subprime usai, juga masalah-masalah geopolitik.

Tapi kenapa dua minggu ini harga minyak turun?

Karena dolar yang me­nguat dan perkembangan situasi geopolitik. Permintaan dan penawaran bisa membuat harga bergerak US$ 1-2, tapi bukan US$ 25. Itu lebih disebabkan oleh big shock.

Bukan karena ekonomi dunia melemah atau melambat?

Mungkin saja. Tapi saya tidak melihat penurunan permintaan.

Jadi, menurut Anda, para spekulan adalah biang kenaikan harga?

Ya. Mereka berspekulasi pada ketidakpastian. Seperti bermain poker, bukan karena tahu hasilnya, tapi justru karena tidak tahu. Kita tahu persis tentang berapa minyak yang dihasilkan oleh anggota OPEC dan non-OPEC, berapa jumlah yang dikonsumsi, dan baru-baru ini kita tahu berapa banyak stok yang dimiliki negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Tidak ada masalah di situ. Ketidakpastian lebih disebabkan oleh nilai tukar dolar. Mereka bertaruh pada dolar. Ada yang bertaruh dolar akan turun, jadi mereka bilang harga minyak akan naik. Sebagian orang bilang sebaliknya.

Jadi spekulasi adalah faktor utama?

Ya, ini pertaruhan mereka. Kalian pernah dengar ada yang bilang harga minyak akan sampai US$ 200? Itu kata orang bank, bank yang sama dengan yang berinvestasi. Jadi itu untuk bertaruh sekaligus menggiring orang untuk berpikir serupa
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

9 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.


Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

17 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani TEMPO/Tony Hartawan
Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.


Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

23 hari lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.692 pada perdagangan hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.


Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

24 hari lalu

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.


Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

25 hari lalu

Petugas tengah menunjukkan contoh emas berukuran 1 kilogram di butik Galery24 Salemba, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Harga emas 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam terpantau naik pada perdagangan hari ini menjelang rapat The Fed soal kebijakan suku bunga. TEMPO/Tony Hartawan
Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.


Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

25 hari lalu

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.


Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.


Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?


Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?


Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu 3 September 2022. Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter serta Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?