TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI diperkirakan bakal menahan tingkat suku bunga acuan (BI7DRRR) di level 5 persen. Hal ini perlu dilakukan di tengah usaha bank sentral untuk menjaga kondisi likuiditas di dalam sistem perbankan.
"Kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan sampai akhir tahun dengan tetap menjaga likuiditas dalam sistem perbankan," seperti dikutip dari laporan analisis ekonomi makro LPEM FEB Universitas Indonesia, Kamis 19 Desember 2019.
Seperti diketahui, sejak Juli 2019 Bank Indonesia telah memangkas suku bunga kebijakan empat kali yang menunjukkan adanya siklus kebijakan BI yang akomodatif. Tren pelonggaran perlu berhenti sejenak karena kebutuhan mengakumulasi lebih banyak cadangan devisa di tengah konsolidasi jangka pendek pasar keuangan global.
Adapun dalam analisis tersebut, menyatakan bahwa saat ini likuiditas di dalam sistem perbankan telah sedikit membaik. Namun, dari sisi bisnis belum terlihat meningkat akibat produksi juga belum meningkat. Diperkirakan peningkatan kredit baru akan terlihat pada triwulan III 2020.
Di sisi eksternal, masuknya likuiditas sedikit tertahan setelah berkurangnya sikap pelonggaran bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Hal ini sejalan dengan membaiknya data-data ekonomi AS. Kondisi itu, ternyata mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang untuk saat ini.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang cenderung stabil dan bahkan terapresiasi 3 persen secara year to date (ytd), telah mengurangi tekanan pada current account deficit (CAD) saat ini. Bank Indonesia juga telah berusaha mempertahankan perbedaan suku bunga pada obligasi pemerintah tenor 10 tahun sehingga menarik lebih banyak aliran modal asing sehingga menambah likuiditas.