Tempo.Co, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, Fabby Tumiwa mengatakan secara umum, total investasi energi terbarukan masih sangat kecil untuk mencapai target bauran energi dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). "Dalam RUEN di tahun 2025 (energi terbarukan) diperkirakan memerlukan investasi US$ 70 miliar hingga US$ 90 miliar (sekitar Rp 1.000 triliun)," kata Fabby di Soehana Hall The Energy Jakarta, Selasa, 17 Desember 2019.
Dia mengatakan tambahan kapasitas terpasang energi terbarukan sebesar 385 MW di tahun ini tidak berdampak signifikan terhadap kemajuan pembangunan energi terbarukan untuk mengejar pencapaian target kapasitas 45 GW di tahun 2025 sesuai target RUEN.
Untuk itu, kata dia, masih sangat dibutuhkan komitmen politik pemerintah yang dituangkan dalam kebijakan dan regulasi yang progresif dan perbaikan iklim investasi. Sehingga hal itu mengakselerasi pembangunan energi bersih di Indonesia dan bertransisi menuju sistem energi yang lebih bersih, kompetitif, dan handal.
Setahun yang lalu, menurut Fabby, IESR telah memperkirakan prospek energi terbarukan yang stagnan di tahun 2019 dalam laporan Indonesia Clean Energy Outlook (ICEO) kedua. Dua indikasi yang disampaikan dalam laporan tersebut yaitu kondisi politik yang dinamis selama pemilihan umum serta kebijakan dan peraturan yang tidak kondusif.
"Setidaknya masih relevan untuk dijadikan basis penilaian kemajuan pembangunan energi bersih di tahun ini," kata dia.
Secara lebih rinci, kata dia, laporan ICEO tahun ketiga yang diluncurkan hari ini menyoroti dua faktor utama yang masih menjadi penghambat percepatan pengembangan energi terbarukan di tanah air.
Faktor pertama adalah bankability dari Power Purchase Agreements (PPAS) yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 10 dan No. 50 Tahun 2017 yang membuat 27 dari 75 PPA proyek ET masih berjuang untuk mencapai tahap financial close (FC), bahkan 5 PPA sudah diterminasi pada Oktober 2019 lalu.
Selanjutnya, skema insentif bagi proyek energi terbarukan yang tidak kompetitif serta situasi politik dan masa transisi pemerintahan yang baru. Hal itu mengakibatkan capaian target investasi energi terbarukan yang rendah di tahun ini atau US$ 1,17 dari 1,8 juta atau baru mencapai 65 persen per September 2019 lalu.
Sedangkan kontribusi proyek energi panas bumi sebesar US$ 0,52 juta menjadi andalan pemerintah dari total capaian investasi tersebut.