TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warganet mengeluhkan biaya transfer khusus ke bank yang baru ditetapkan oleh perusahaan dompet elektronik Ovo, sebesar Rp 2.500 per transaksi. Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Ovo, Harianto Gunawan mengatakan, pemungutan biaya transfer dilakukan untuk mengurangi sebagian beban operasional korporasinya.
Harianto menjelaskan, pungutan biaya transfer itu merupakan arahan dari pihak regulator, yaitu Bank Indonesia. Biaya transfer ini juga salah satu cara untuk menjaga agar bisnis digital payment Ovo terus berkelanjutan.
"Sesuai arahan regulator, OVO sedang bergerak ke arah sustainable business. Ini penting supaya kami bisa terus berinovasi dan melakukan edukasi agar visi cashless society bisa diwujudkan," ucap Harianto melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa 5 November 2019.
Harianto menjelaskan bahwa keputusan ini sudah berlaku sejak pertengahan November 2019. Dia menambahkan, biaya Rp 2500 yang dikenakan oleh Ovo dalam transfer ke bank lain sangatlah terjangkau, kompetitif, dan real time transfer. "Dapat dilihat biaya transfer tersebut tetap lebih murah dibandingkan dengan biaya transfer yang ada di market saat ini," katanya.
Adapun saat ini biaya transfer uang antar bank konvensional sebesar Rp 6.500, baik lewat sms banking, internet banking maupun ATM. Sedangkan transfer uang lewat kliring dikenakan Rp 5. 000.
Berdasarkan laman informasi pada aplikasi Ovo, selama ini transfer ke bank tidak dikenai biaya untuk sepuluh transaksi pertama di setiap bulannya. Setelah sepuluh kali transfer, transaksi berikutnya akan dikenakan biaya Rp 3.000 per transfer.
Transfer dapat dilakukan kepada semua bank. Dengan catatan besar nominal transfer minimum adalah Rp 10.000 per transaksi. Konfirmasi transfer dapat dilihat pada informasi status transfer. Rincian transfer bisa dilihat di laman history di aplikasi Ovo.