Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemegang merek sepatu Adidas menghentikan kontrak pemesanan sepatu dengan pemasok PT Prima Inreksa Industries di Tangerang. Perusahaan pemasok yang memperkerjakan sekitar 6.500 karyawan terancam pailit. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka Ansari Bukhari menyatakan, pemerintah tak bisa berbuat banyak untuk memfasilitasi masalah penghentian kontrak. Alasannya penghentian kontrak merupakan persoalan internal manajemen pemasok. Adidas memutuskan kontrak karena Prima Inreksa Industries sudah tak mampu lagi memasok sepatu sesuai permintaan akibat masalah keuangan.Pemerintah, kata Ansari, tak bisa berbuat banyak. "Kami sudah fasilitasi agar dapat pembiayaan dari Bank BNI, tapi BNI tak bisa membiayai karena sulitnya kondisi keuangan perusahaan," ujarnya, Kamis (19/6). Menurut Ansari, dalam pertemuan pemasok dan BNI, perusahaan membutuhkan dana hingga US$ 5 juta. "Itu untuk modal kerja agar dapat memasok sepatu ke Adidas," katanya. Perusahaan tersebut, kata dia, sudah tidak bisa menggunakan asetnya karena sudah diagunkan ke bank. "Semua asset yang dimiliki sudah diagunkan."Ansari menambahkan, salah direksinya sudah meninggalkan Indonesia dan berada di Amerika Serikat. Kapasitas terpasang Prima Inreksa Industries sekitar 500.000 pasang. Perusahaan berdiri sejak 1990 dan memiliki sekitar 6.500 karyawan. Ansari mengatakan, perusahaan sedang menunggu proses hukum apakah dikenakan pailit atau tidak. "Akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang harus diselesaikan," ujarnya. Dia mengemukakan industri sepatu merupakan industri footloose yang sangat bergantung pada pemegang merek. Pemegang merek akan mudah menunjuk pemasok penggantinya. Sekretaris Perusahaan BNI Intan Abdams Katoppo mengatakan, pihaknya memasukkan Prima Inreksa Industries dalam status perusahaan yang memiliki kredit macet (non performing loan/NPL) kelas lima. Alasan inilah yang menyebabkan BNI menolak mengucurkan pijaman sebesar US$ 5 juta kepada perusahaan tersebut. BNI, kata Intan, sudah mengucurkan kredit hingga mencapai Rp 300 miliar. Namun, hingga sekarang perusahaan itu belum mampu menyelesaikan kewajibannya."Jadi pengajuan kreditnya terganjal oleh kewajiban-kewajibannya yang dulu," ujarnya kepada Tempo. Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia Eddy Widjanarko mengatakan, Adidas akan membuat kontrak baru ke dua pabrik milik pengusaha Korea dan Taiwan. "Dua pabrik sudah siap di Sukabumi," ujarnya kepada Tempo. Dia menjelaskan, Adidas berkomitmen untuk meningkatkan pesanan sepatu dari Indonesia hingga 30 persen pada tahun ini. Kapasitas produksi Adidas, kata Eddy hampir menyamai Nike. Nike Inc mengekspor sekitar 50-60 juta pasang sepatu tiap tahunnya. Menurut Eddy, proses negosiasi antara Adidas dan Prima Inreksa terus berlanjut. "Sebetulnya dari Adidas sudah memutuskan kontrak, tapi pembicaraan terus berlanjut atas keinginan manajemen," ujarnya. Sebelumnya, kata Eddy, Prima Inreksa tak dapat memenuhi pesanan Nike sejak tahun lalu. "Adidas merencanakan pemutusan kontrak sejak satu bulan lalu," ujarnya. Adidas, memberi batas akhir kontrak kepada Prima Inreksa hingga akhir Desember 2008. YULIAWATI | WAHYUDIN FAHMI