TEMPO.CO, Jakarta - Untuk menjaga nilai tukar Yuan terhadap dolar AS agar tak semakin anjlok, pemerintah Cina memutuskan untuk membatasi impor emas secara ketat. Pengetatan impor emas itu untuk membatasi arus keluar dolar AS, seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina.
Seperti dilaporkan Reuters, Kamis 15 Agustus 2019, negara dengan ekonomi terkuat kedua di dunia itu telah memangkas pengiriman sekitar 300-500 ton emas dari tahun lalu. Nilai dari pembatasan impor emas ini senilai US$15-25 miliar.
Pembatasan itu juga dilakukan sebagai bentuk konfrontasi baru dalam perang dagang AS-Cina yang telah menyeret laju pertumbuhan Cina ke tingkat paling lambat dalam tiga dekade. Imbasnya, nilai tukar mata uang Cina, Yuan, juga terkoreksi ke level terendah sejak 2008.
Saat ini, Cina adalah negara importir emas terbesar di dunia yang membeli sekitar 1.500 ton logam mulia senilai sekitar US$ 60 miliar per tahun. Angka itu setara dengan sepertiga dari total pasokan emas di dunia.
Perkembangan ekonomi Cina yang melaju pesat dalam dua dekade terakhir membuat permintaan Cina akan perhiasan, emas batangan, dan koin meningkat tiga kali lipat. Sementara itu, menurut data resmi, cadangan emas Cina naik lima kali lipat menjadi hampir 2.000 ton.
Sebagian besar emas itu diimpor Cina dari Swiss, Australia dan Afrika Selatan yang biasanya dibayar dalam mata uang dolar AS. Importasi ini dilakukan oleh sekelompok bank lokal dan internasional yang diberi kuota impor bulanan oleh Bank Sentral Cina.
Sejak perang dagang Amerika Serikat - Cina, pada Mei 2019, negeri tirai bambu hanya mengimpor 71 ton padahal pada Mei 2018 mencapai 157 ton. Pada Juni, penurunan angka impor emas Cina bahkan lebih tajam. Impor emas hanya 57 ton dibandingkan dengan 199 ton pada Juni tahun lalu.
BISNIS