TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Pandjaitan mengusulkan impor garam industri nantinya hanya bisa dilakukan langsung perusahaan pelaku industri terkait. Kebijakan itu, menurut dia, dapat dilakukan hingga Indonesia bisa swasembada garam industri pada 2021.
"Jadi usulannya supaya perusahaan itu yang melakukan impor, karena dia yang tahu persis berapa kebutuhannya, dan ia tidak mempunyai izin untuk menjual garam, daripada kuota impor diberikan kepada non-industri," ujar dia di Kantor Kemenko Kemaritiman, Senin petang, 5 Agustus 2019.
Dia mengatakan para pelaku industri tidak dapat menjual garam impor langsung kepada masyarakat. Apabila merembes ke pasar, perusahaan terkait dianggap melanggar dan dapat dijerat pidana.
Adapun mekanismenya, kata dia, tidak rumit dan diserahkan kepada Kementerian Perindustrian. "Jadi misalkan industri A kan tahu kebutuhannya sepuluh ton, dia akan impor sepuluh ton dan enggak bisa dijual ke luar karena bisa pidana."
Sebelumnya, dia pernah menyarankan Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk mengurangi secara bertahap impor garam. Pasalnya, ia memperhitungkan Indonesia segera bisa memproduksi garam industri sendiri dalam dua tahun ke depan.
Optimismenya didukung rampungnya persoalan lahan tambak garam seluas 3.720 hektare di Kupang, Nusa Tenggara Timur. "Itu produksi garam kita bisa bertambah 800-an ribu ton pada 2021. Jadi sebenarnya kita ndak usah lagi impor-impor," ujar dia dilansir siaran pers di laman Sekretariat Kabinet, setkab.go.id, Selasa, 23 Juli 2019.
Baca Juga:
Lahan 3.720 hektare milik PT Panggung Guna Ganda Semesta di Kupang sempat bermasalah soal status dan tak kunjung aktif berproduksi. Padahal pemerintah tengah menggenjot pencapaian swasembada garam seluas 10.000 hektare di Indonesia. Salah satunya, dengan perluasan lahan garam, termasuk di NTT.
Dia pun mengomentari ihwal kebutuhan garam industri dari produsen makanan dan minuman. Ia mengaku memahami adanya kebutuhan tersebut. Namun, ia juga yakin bahwa para pelaku industri sudah memiliki stok garam dalam jumlah yang cukup saat ini.
“Ya kalau sudah ada ngapain impor-impor. Sekarang yang bikin current deficit kita itu kan anu, terlalu banyak impor, kita enggak produksi,” tutur Luhut Pandjaitan.
CAESAR AKBAR | BISNIS