TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah perang dagang yang memburuk, ekspor dari Singapura bulan Juni 2019 dilaporkan juga anjlok. Dilansir Bloomberg, data dari Enterprise Singapore yang dirilis Rabu 17 Juli 2019 mencatat ekspor domestik non-minyak turun 17,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), lebih dalam dari pelemahan pada Mei yang mencapai 16,3 persen.
Ekonomi Singapura yang bergantung pada perdagangan ini mencatat penurunan tajam pada kuartal kedua, mendorong analis untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk tahun ini dan memprediksi kemungkinan resesi.
Angka tersebut juga lebih rendah dari rata-rata perikiraan ekonom dalam survei Bloomberg yang hanya mencapai 9,6 persen.
Data ini menambah prospek suram di Asia. Sebelumnya, ekspor Cina dilaporkan turun 1,3 persen pada Juni dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor dari Korea Selatan, India, dan Indonesia juga mengalami kontraksi.
Ekspor elektronik Singapura anjlok 31,9 persen pada Juni (yoy), setelah melemah 31,6 persen pada bulan sebelumnya. Kontraksi terbesar dalam pengiriman keseluruhan adalah ekspor menuju Hong Kong (-38,2 persen), disusul Jepang (-23,2 persen) dan Korea Selatan (-22,7 persen).
Adapun Vietnam, Taiwan, Bangladesh dan Korea Selatan diuntungkan dari perang dagang Amerika Serikat-Cina, karena menjadi negara alternatif impor AS. Alasannya, orang Amerika membeli lebih sedikit dari Cina. Tetapi alih-alih bersandar pada produsen AS, mereka menghindari tarif Presiden Donald Trump dengan beralih ke pemasok di negara-negara Asia lainnya.
Pergeseran impor muncul selama lebih dari satu tahun perundingan terkait perang dagang yang tak pasti antara Washington dan Beijing. Kondisi berlanjut hingga Mei, menurut data yang dirilis Rabu oleh Biro Sensus, dikutip dari CNN Business, 4 Juli 2019.
BISNIS