TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah hari ini bersamaan dengan seluruh mata uang Asia. Hal itu, kata dia, sebagai respons pasar atas komentar Fed Chairman Jeremy Powel yang mengingatkan bahwa tendensi penurunan suku bunga oleh the Fed semakin mengemuka.
"Namun, tanpa memberikan kepastian waktunya," kata Nanang saat dihubungi, Kamis, 27 Juni 2019.
BACA: Menjelang Putusan MK, Rupiah Menguat
Selain itu, kata dia, pasar juga menunggu hasil pertemuan kedua Presiden AS Donald Trump dan Cina yang akan bertemu kembali diakhir pekan ini untuk melanjutkan negosiasi konflik dagang.
"Secara umum rupiah hari ini bergerak stabil. BI akan tetap mengawal stabilitas Rupiah dengan berada di pasar," kata Nanang.
Menjelang putusan, nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat jelang pengumuman hasil sidang Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2009, Kamis pagi, 27 Juni 2019.
BACA: Sidang Putusan MK Bakal Pengaruhi Pergerakan Rupiah Hari Ini
Setelah sempat dibuka melemah, pada pukul 10.27 WIB rupiah menguat 14 poin atau 0,1 persen menjadi Rp 14.164 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp 14.178 per dolar AS.
Nanang mengatakan dinamika nilai tukar rupiah tidak terpengaruh oleh hasil keputusan sidang Mahkamah Konstitusi. Menurut dia, pergerakan rupiah hari ini akan lebih dipengaruhi faktor global
"Dinamika kurs rupiah tidak terpengaruh dengan hasil keputusan sidang MK maksudnya hasil, tetapi lebih karena faktor global," kata Nanang.
Adapun, sidang pemeriksaan saksi dan bukti sengketa hasil pilpres sudah selesai digelar pada Jumat lalu. Sejak Senin, 24 Juni, hakim MK melakukan rapat permusyawaratan untuk memutuskan menolak atau mengabulkan gugatan. Berdasarkan jadwal, putusan MK akan diumumkan pada Kamis hari ini, 27 Juni 2019.
HENDARTYO HANGGI | ZULNIS FIRMANSYAH