TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menyebut PT Freeport Indonesia sebagai salah satu penyebab penerimaan negara dari bea keluar bakal sulit mencapai target tahun ini.
Baca: Jokowi Tunjuk Komisaris Freeport jadi Kepala Badan Siber Negara
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menyatakan hal tersebut terjadi di antaranya karena ada perubahan bisnis dari PT Freeport Indonesia. "Akhir tahun (target) tidak akan tercapai karena Freeport mengalihkan penambangan dari semula permukaan ke underground," ujar Heru di komplek Gedung DPR RI, Senin, 24 Juni 2019.
Heru menjelaskan, pemerintah sebelumnya menargetkan penerimaan bea keluar tahun ini bakal mencapai Rp 4,42 triliun. Hingga 23 Juni 2019, total penerimaan bea keluar baru mencapai Rp 1,57 triliun.
Angka tersebut setara dengan 35 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp 4,42 triliun. Realisasi tersebut turun 46,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di mana penerimaan bea keluar mencapai Rp 2,79 triliun.
Heru menjelaskan, dengan perubahan yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia tersebut tentu membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Walhasil jumlah ekspor yang bisa dihasilkan tidak bisa langsung menyamai sebelumnya.
"Newmont juga sama meski penurunan ekspornya tidak sebesar Freeport. Itu kenapa penerimaan bea keluar sampai sekarang masih di bawah Rp 2 triliun," ujarnya.
Menurut Heru Pambudi, perubahan bisnis tersebut sebelumnya memang belum terlihat oleh DJBC pada saat penyusunan APBN 2019, sehingga ia meperkirakan realisasinya akan sedikit meleset dari target.
Oleh karena itu, kata Heru, upaya memenuhi target penerimaan bea keluar akan sangat berat. Sebab, selama ini penerimaan bea keluar masih didominasi komoditas mineral tambang.
Baca: Prabowo Kritik BUMN, Jokowi Pamer Rokan dan Freeport
Karena penurunan produksi dari PT Freeport Indonesia tersebut, Heru memproyeksikan penerimaan bea keluar hanya akan berkisar separuh dari target APBN 2019. "Kemungkinan hanya separuh dari target lebih dikit di akhir tahun, artinya tidak akan 100 persen," ujarnya.
BISNIS