TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI menyoroti munculnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia rute Bandung-Medan hingga Rp 21 juta di laman agen perjalanan berbasis aplikasi, Traveloka. Ketua YLKI Tulus Abadi memandang penawaran tersebut menyesatkan konsumen.
BACA: Soal Tiket Pesawat Tak Masuk Akal, Kemenhub: Tegur Mitra Maskapai
"Ini saya kira ulah OTA (online travel agent) yang menyesatkan konsumen," ujar Tulus dalam keterangan tertulis, Jumat, 31 Mei 2019.
Tiket yang ditawarkan manajemen OTA Traveloka dianggap tidak rasional karena memuat rute yang berputar-putar. Pada kasus penerbangan Bandung-Jakarta, pesawat mesti transit lebih dulu ke Denpasar dan Jakarta sebelum tiba di Kualanamu, Medan.
BACA: Tiket Pesawat Mahal, Ratusan Jadwal Penerbangan di Malang Batal
Menurut Tulus, sikap manajemen Traveloka dapat menguras kantong konsumen. Ke depan, ia meminta pihak manajemen tidak membuat rute tujuan penerbangan yang membuat konsumen bingung dengan harga yang ditawarkan.
Manajemen Traveloka belakangan menjelaskan, tingginya tarif itu terjadi lantaran perjalanan pesawat bukan relasi langsung Bandung-Medan, melainkan rute transit. Public Relations Director Traveloka Sufintri Rahayu mengatakan pesawat tersebut mesti transit di beberapa kota karena tiket rute langsung Bandung-Medan ludes.
Selain itu, penjualan tiket rute transit ini ditawarkan dengan maskapai kelas bisnis. Kelas tersebut sejatinya bisa diatur di aplikasi oleh konsumen sesuai dengan kebutuhannya agar tak muncul opsi tiket mahal.
"Pengguna juga kami imbau untuk memastikan bahwa kelas penerbangan yang dicari sesuai dengan keinginan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 31 Mei 2019.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sempat menyayangkan hal tersebut. Ia bahkan meminta maskapai penerbangan Garuda Indonesia menegur Traveloka terkait penjualan tiket pesawat tersebut.
"Kami minta Garuda (Indonesia) tegur Traveloka yang menjadi partnernya karena itu menyesatkan informasinya Bandung ke Kualanamu (Medan) itu Rp 21 juta," ujar Budi Karya saat ditemui wartawan di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis petang, 30 Mei 2019.
Eks bos Angkasa Pura II itu kemudian meminta sejumlah stakeholder mengedepankan kejelasan informasi dan berlaku konstruktif. Selain untuk menjaga iklim bisnis, sikap ini juga berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat.