TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi, mengungkapkan bahwa mahalnya tiket pesawat telah berdampak kepada penurunan pendapatan perseroan. Penurunan jumlah penumpang pesawat dari awal tahun hingga Mei 2019 yang sekitar 15-20 persen dibanding tahun lalu telah membuat pendapatan AP I turun senilai Rp 300 miliar.
Baca: Tiket Pesawat Mahal, Jumlah Pemudik Via Darat Akan Naik 30 Persen
"Dampak terhadap finansial hitungan kita kemarin sampai dengan bulan Mei sekitar Rp 300 miliar lah, dari awal tahun. Mudah-mudahan bisa kita recovery di periode berikutnya," ujar Faik di Plaza Senayan, Jakarta, Rabu, 22 Mei 2019.
Mengenai dampak mahalnya harga tiket terhadap penerbangan pada mudik Lebaran 2019, Faik mengatakan maskapai masih optimistis masih banyak masyarakat yang mau menggunakan angkutan udara saat masa pulang kampung tersebut.
Kendati ada penurunan pemasukan, Faik memastikan hal tersebut tidak berpengaruh kepada proyek yang telah direncanakan selama setahun ini. "Jadi yang Rp 300 miliar itu kan penurunan dari pendapatan aero," ujar dia.
Faik memastikan bisa menambah pemasukan dari sektor non-aero. Dengan demikian target pemasukan total perseroan bisa tercapai.
Menurut Faik, perseroan belum berencana melakukan penjadwalan ulang terhadap kegiatan investasi. Tahun ini, perseroan bahkan telah menggelontorkan investasi sebanyak Rp 17,5 triliun.
Baca juga: Tiket Pesawat Mahal, Warga Minang Pulang Basamo Lewat Jalur Darat
Investasi itu dikucurkan antara lain untuk merampungkan konstruksi di Bandara Internasional Yogyakarta, Bandara Banjarmasin, Bandara Makassar, Terminal I Bandara Surabaya, Terminal di Bandara Manado, serta mempercantik Bandara Kupang. Dengan demikian, di tengah mahalnya tiket pesawat, wajah bandara Angkasa Pura I akan lebih cantik dalam dua tahun ke depan. "Ini kan sangat urgent ya untuk bagaimana kami bisa meningkatkan kapasitas di seluruh bandara yang kami operasikan."