TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan pemerintah lewat PT Pertamina harus mengimpor lebih banyak Bahan Bakar Minyak (BBM) sepanjang April 2019. Tujuannya yaitu untuk menjaga ketahanan stok BBM pada bulan Ramadhan dan mudik Lebaran 2019.
"Salah satu behaviour-nya adalah tol-tol sekarang mulai dipenuhi kendaraan yang membutuhkan bahan bakar minyak. Sekarang lebih banyak yang menggunakan tol daripada pesawat," kata Arcandra usai rapat neraca perdagangan Migas di Gedung Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat, 17 Mei 2019.
Baca Juga:
Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga arus mudik pada Lebaran 2019 nanti. Sehingga, kata dia, impor BBM seperti Premium dan Pertamax Series, terutama Ron 92, mengalami kenaikan. "Jadi stok harus dilebihkan, makanya volume impor naik," ujarnya.
Persoalannya, impor BBM ini menyumbang defisit neraca perdagangan migas. Dua hari lalu, Rabu, 15 Mei 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 mengalami defisit US$ 2,5 miliar. Defisit neraca perdagangan migas menjadi salah satu penyebabnya dengan nilai mencapai US$ 1,49 miliar.
Penyebab utamanya adalah impor migas yang mencapai US$ 2,24 miliar, naik 46,9 persen dari bulan sebelumnya. Kondisi ini berbeda beberapa bulan menjelang Lebaran 2018. Saat itu, lonjakan yang terjadi hanya sekitar 9 persen, dari impor Maret 2018 yang sebesar US$ 2,24 miliar, menjadi US$ 2,33 miliar pada April 2018.
Saat pemerintah mengimpor lebih banyak BBM untuk menjaga stok, harga minyak mentah di dunia juga sedang naik. Sehingga, harga BBM yang diimpor put ikut naik dan nilai impor BBM lebih tinggi dari sebelumnya. "Harga minyak ini diluar kendali kita, maka naiklah defisit neraca perdagangan," ujarnya.
Arcandra berharap volume impor BBM pada Juni 2019 bisa sedikit mengalami penurunan. Sebab, kemungkinan lonjakan pemakaian BBM hanya akan berlangsung saat lebaran pada 5-6 Juni dan beberapa hari setelahnya. "Ini kan orang mudik itu, akhir Mei, maka dipersiapkan impor di April tinggi, Mei juga mungkin turun sedkit," kata dia.
FAJAR PEBRIANTO