TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi memanggil anak buahnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution untuk datang ke Istana Negara. Darmin tampak keluar dari kantornya pukul 16.00 dan kembali lagi pukul 17.20 WIB. "Ngobrol saja, Presiden mengecek, kok saya dengarnya harga beras naik?" kata Darmin menirukan ucapan Jokowi saat ditemui di kantornya di Jakarta Pusat, Kamis, 27 Desember 2018.
BACA: Bahas Pelebaran Sungai, Anies: Pak Presiden Sebut Normalisasi
Darmin membenarkan bahwa terjadi kenaikan harga beras di bulan terakhir 2018 ini, namun besarnya dinilai tak banyak. Beras kualitas medium, kata Darmin, naik sekitar 0,4 persen saja atau sekitar Rp 45 untuk 1 kilogramnya. Sedangkan beras kualitas premium hanya naik 0,04 persen. "Jadi, kesimpulannya ya memang naik tapi kecil."
Dikutip dari laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis atau PIHPS Nasional, kenaikan harga memang terjadi di hampir semua jenis beras. Perincian kenaikan harganya yaitu beras kualitas bawah I 0,47 persen, beras kualitas bawah II 0,48 persen, beras kualitas medium I 0,42 persen, dan beras kualitas medium II 0,43 persen.
Darmin menyebut bahwa kenaikan harga nol koma ini tidaklah mudah untuk dijelaskan penyebabnya. Bisa saja, kata Darmin, pencatatan di Badan Pusat Statistik atau BPS hanya mengambil beberapa merek dari setiap kota kemudian dicari rata ratanya. Sehingga, belum diketahui pasti beras merek apa yang saat ini mengalami kenaikan harga.
BACA: Saham Freeport, Inalum: 2019 Jadi Masa Transisi Krusial, karena..
Tapi dengan adanya kenaikan ini, Jokowi pun meminta operasi pasar oleh Perum Bulog lebih digenjot agar harga kembali turun sebelum naik lebih jauh. Saat ini, kata Darmin, Bulog rata-rata menggelontorkan 2 sampai 3 ribu ton beras per harinya atau kurang dari rencana rapat di Kemenko Perekonomian sebelumnya yaitu sebesar 15 ribu ton per hari. "Nanti saya cek, saya akan lihat ke Bulog seperti apa beras di pasar," ujarnya.
Darmin tidak menyalahkan Bulog karena menurut dia, cadangan beras di sana sangat mampu untuk digelontorkan 15 ribu ton per hari. Masalahnya, kata Darmin, masyarakat mempunyai preferensi ingin memilih beras Bulog atau beras lain. "Jadi bagaimana penetrasi ke situ, itu tidak mudah," ujarnya.
Baca berita tentang Jokowi lainnya di Tempo.co.