TEMPO.CO, Jakarta - Hampir sepekan lalu Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kepemilikan Indonesia untuk mayoritas saham Freeport melalui Inalum. Corporate Communications and Government Relations Inalum, Rendi Achmad Witular mengatakan Inalum memiliki langkah lanjutan usai proses divestasi saham itu rampung.
BACA: Kaleidoskop 2018: 10 Peristiwa Ekonomi yang Jadi Sorotan
Rendi mengatakan mulai tahun depan akan ada peralihan dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah. Menurut dia tambang Grasberg yang dikelola PT Freeport Indonesia adalah yang terumit di dunia.
"Ini adalah masa-masa transisi yang krusial sehingga memerlukan keahlian Freeport untuk tetap menjadi operator tambang," kata Rendi saat dihubungi, Kamis, 27 Desember 2018.
Rendi mengibaratkan hal itu dengan supir sedang membawa truk melewati tikungan dan tanjakan tajam. "Tidak bisa serta merta kami yang tidak pengalaman menyetir truk tersebut mengusir supir dan mengambil alih kemudi walau truk itu baru saja menjadi milik kita. Bisa jatuh ke jurang nantinya," ujar dia.
Pada 21 Desember 2018 Presiden Jokowi mengatakan mengumumkan kepemilikan mayoritas saham Freeport. "Nantinya income, pendapatan baik dari pajak maupun non pajak, royalti semuanya akan tentu saja lebih besar dan lebih baik. Saya kira ini lah yang memang kita tunggu," kata Jokowi dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta.
Lebih lanjut Rendi mengatakan di masa transisi ini, penting bagi Inalum untuk menjaga tidak ada disrupsi di operasi, karena proses divestasi ini dibiayai.
BACA: Rhenald Kasali Sebut Amerika Marah Saat RI Beli Saham Freeport
Rendi yakin putra-putri bangsa sudah mempunyai kemampuan, tapi belum dapat kesempatan mengurus tambang yang sebesar dan sekompleks ini. "Saya kira dalam 5 sampai 10 tahun mendatang kita bisa membangun keahlian dan memiliki kemampuan sendiri," ujar Rendi.
Jadi, kata Rendi, ini bisa membuka kesempatan bagi holding industri pertambangan untuk bisa masuk ke tambang lain dan memaksimalkan sumber daya alamnya dengan kualitas teknologi paling tinggi.
Proses divestasi saham PT Freeport Indonesia kepada PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) rampung setelah sekitar dua tahun proses negosiasi intensif antara Inalum, Freeport McMoran Inc dan Rio Tinto berlangsung. Resminya pengalihan saham tersebut ditandai dengan proses pembayaran dan terbitnya Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi sebagai pengganti Kontrak Karya PTFI yang telah berjalan sejak tahun 1967 dan diperbaharui di tahun 1991 dengan masa berlaku hingga 2021.
Dengan terbitnya IUPK ini, Freeport Indonesia bakal mengantongi perpanjangan masa operasi 2 x 10 tahun hingga 2041, serta mendapatkan jaminan fiskal dan regulasi. PTFI juga akan membangun pabrik peleburan (smelter) dalam jangka waktu lima tahun.
Terkait dengan pengalihan saham, INALUM telah membayar US$ 3.85 miliar kepada Freeport McMoRan Inc dan Rio Tinto, untuk membeli sebagian saham perusahaan asal Amerika Serikat dan hak partisipasi Rio Tinto di Freeport Indonesia. Dengan demikian kepemilikan Inalum meningkat dari 9,36 persen menjadi 51,23 persen.
FRISKI RIANA | CAESAR AKBAR