TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Tetap Perkebunan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rudyan Kopot mengatakan pelemahan rupiah membuat eksportir minyak sawit atau CPO untung.
Baca: Rapat IMF - World Bank Diperkirakan Jadi Sentimen Positif Rupiah
"Tergantung komoditinya. Kalau CPO kita untung," kata Rudyan Kopot saat ditanya dampak pelemahan rupiah-dolas AS terhadap penjualan hasil perkebunan ekspor/impor di Shangri-La Hotel, Jakarta, Senin, 8 Oktober 2018.
Rudyan mengatakan harga CPO memang sedang turun, karena musim panen. "Namun terus dibantu rupiah yang melemah jadi mendingan," kata Rudyan.
Rudyan menuturkan kalau saat ini harganya turun dari yang sebelumnya US$ 700 lebih sekarang jadi US$ 530 kalau dipotong lagi Badan Pengelola Perkebunan (BPDP) US$ 50.
"Di bawah 500 kan, kalau tidak naik dolarnya mungkin petani tidak bisa jual. Maksud saya, panennya saja sudah lebih mahal, itu kan lebih berat," kata Rudyan.
Rudyan mengatakan biasanya petani dapat menghasilkan sampai 3 ton saat panen. Sedangkan kalau perusahaan bisa sampai 5-6 ton.
Lebih lanjut Rudyan mengatakan produksi berhubungan dengan iklim, pemupukan, bibit.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 15.193 pada 8 Oktober 2018. Angka tersebut menunjukkan pelemahan 11 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 15.182 pada 5 Oktober 2018.
Sedangkan pada 8 Oktober 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 15.269 dan kurs beli Rp 15.117.