TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Posko Harian Quick Response Team (QRT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Sugeng Wibowo mengatakan landasan Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufri Palu yang bisa digunakan berkurang menjadi 2.000 meter akibat gempa yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah. Sugeng mengatakan landasan bandar udara tersebut awalnya memiliki panjang sekitar 2.500 meter.
Simak: Kemenhub Sebutkan Kebutuhan 6.990 CPNS
"Panjang landasan 2.000 meter, dari sebelumnya 2.500. Tapi di samping itu pada rusak, jadi pada manual visual, makanya diusahakan pesawat-pesawat itu masuknya dibatasi pagi-sore," kata Sugeng di Kementerian Perhubungan, Ahad, 30 September 2018.
Sugeng mengatakan pesawat komersil sudah bisa masuk dengan terbatas.
"Yang jet-jet dikurangi, diganti pesawat yang baling-baling ya. Itu lah upaya untuk melakukan kegiatan supaya bisa dinormalkan," kata Sugeng.
Hari ini Kementerian Perhubungan mengeluarkan rilis bahwa Penerbangan Komersial secara terbatas di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufri Palu dibuka hari ini. Namun tetap diutamankan untuk kegiatan emergency, SAR, dan kemanusiaan.
"Bersama ini diinformasikan bahwa sesuai Notam Nomor H0778/18 dan Notam Nomor H0782 Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufri Palu sejak 30 September 2018 pukul 08.57 WITA dibuka kembali untuk penerbangan komersial secara terbatas, namun tetap diutamakan untuk kegiatan emergency, SAR dan kemanusiaan," kutip dalam keterangan tertulis Kementerian Perhubungan.
Dalam keterangan tersebut, tertulis, sementara ini penerbangan dilakukan dengan prosedur Visual Flight Rules, sampai dengan pengecekan fasilitas navigasi selesai dilaksanakan.
"Sampai dengan estimasi tanggal 4 Oktober 2018 pukul 07.59 WITA, khusus untuk penerbangan komersial yang akan mengajukan slot penerbangan ke Bandara Mutiara SIS Aljufri-Palu, dilayani melalui unit Air Traffic Flow Management di Makassar Air Traffic Service Center," kutip dalam keterangan itu.
Sebelumnya, gempa magnitudo 7,4 menggoyang Donggala, di Sulawesi Tengah, pada Jumat, 28 September 2018 sekitar pukul 17.02 WIB. Gempa ini kemudian disusul dengan terjadinya tsunami di wilayah Kota Palu.
Menurut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempa di Donggala dan tsunami di Palu disebabkan oleh aktivitas sesar Palu-Koro. Adapun hingga Sabtu siang, 29 September 2018 BNPB mencatat ada 48 orang meninggal dan 356 luka-luka akibat gempa di Donggala dan Palu.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, M. Pramintohadi Sukarno mengatakan Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri Palu ditutup lantaran terkena dampak gempa Donggala berkekuatan 7,7 skala Richter (SR), Jumat, 28 September 2018.
"Betul, bandara ditutup dari 28 September 2018 pukul 19.26 WITA sampai dengan estimasi 29 September 2018 pukul 19.20 WITA," ujar Pramintohadi kepada Tempo, Jumat, 28 September 2018. Penutupan itu sesuai Notam Nomor H0737/18.
HENDARTYO HANGGI | DIAS PRASONGKO | CAESAR AKBAR