TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik menguat pada awal perdagangan hari ini. Penguatan ini di antaranya terimbas oleh keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunganya kemarin.
Baca: Isu Perang Dagang AS -Cina Kembali Tekan IHSG dan Rupiah
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG dibuka dengan pelemahan 0,03 persen atau 1,84 poin ke level 5.871,43. Angka ini berbalik menguat 0,48 persen atau 28,18 poin ke level 5.901,45 pada pukul 9.18 WIB.
Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG bergerak pada level 5.870,54 – 5.902,47. Adapun pada perdagangan Rabu kemarin, IHSG berakhir melemah 0,02 persen atau 1,03 poin di posisi 5.873,27. Sebanyak 120 saham menguat, 61 saham melemah, dan 421 saham stagnan dari 602 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Delapan dari sembilan indeks sektoral IHSG pagi ini bergerak di zona hijau dengan dorongan terbesar dari sektor konsumer yang menguat 0,88 persen, disusul sektor pertanian yang naik 0,53 persen. Di sisi lain, hanya sektor aneka industri yang melemah sebesar 0,51 persen dan menahan penguatan IHSG lebih lanjut pagi ini.
William Surya Wijaya, Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas menambahkan pergerakan IHSG terlihat masih akan terkonsolidasi wajar sebelum kembali menguat. Peluang pergerakan masih berada dalam rentang wajar, di mana momentum koreksi dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian mengingat dalam jangka panjang IHSG masih menunjukkan peluang uptrend. "Hari ini IHSG berpotensi menguat dengan pergerakan di kisaran 5.789-6.123," kata dia.
Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan minimnya koreksi Indeks Harga Saham Gabungan akibat kebijakan The Fed. Bank Sentral Amerika Serikat itu baru saja memutuskan untuk menaikkan suku bunga jangka pendeknya sebesar 0,25 persen atau 25 basis poin.
"Pelaku pasar sebenarnya sudah price in efek dari kenaikan Fed rate 25 bps. Dalam seminggu terakhir investor asing mencatat pembelian bersih saham net buy Rp 2,1 triliun," ujar Bhima kepada Tempo, Kamis, September 2018.
Bhima menyebut hal yang perlu diwaspadai justru adalah dot plot dari the Fed dan sinyal Hawkish Jerome Powell yg mengisyaratkan kenaikan agresif Fed pada 2019 mendatang. "Jadi badai belum berlalu," kata Bhima. Bhima memprediksi IHSG minggu ini masih bergerak moderat di 5.820-5.950.
Baca: Dirut BEI Yakin IHSG Kembali Tembus 6.000 di Akhir Tahun
Meskipun pasar didera sentimen naiknya suku bunga The Fed, investor tampaknya sudah menduganya sejak awal. Sehingga tingkat kejutannya yang tergambar di IHSG tidak menjadi faktor penghambat untuk melakukan trading pada hari ini, setidaknya untuk jangka pendek.
BISNIS | CAESAR AKBAR