TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Indonesia meminta berbagai pihak di Republik Cek membantu penghapusan potensi diskriminasi atas produk kelapa sawit Indonesia di pasar Eropa. Wakil Menlu AM Fachir di Istana Kepresidenan Jakarta, menyebutkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam pertemuan dengan delegasi Senat Republik Cek yang juga dihadiri wakil Kadin negara itu menyampaikan tiga hal termasuk masalah produk kelapa sawit.
BACA: Besok, Sidang Lanjutan Gugatan Pasien Kanker ke Jokowi dan BPJS
"Pesan yang disampaikan adalah permintaan dukungan bagi produk kelapa sawit Indonesia, dan secara khusus kemudian disampaikan menyangkut 17 juta petani Indonesia yan terkait dalam produk kelapa sawit ini," katanya. Menanggapi permintaan itu, menurut AM Fachir, mereka menyatakan tidak memiliki persoalan terkait itu.
"Namun mereka tentu akan ikut agar persoalan itu dapat segera diselesaikan, antara lain terkait masih adanya potensi diskriminasi. Itu tadi Bapak Presiden minta supaya Republik Cek bisa membantu kita, " kata Fachir. Ia menyebutkan hal lain yang disampaikan Presiden Jokowi adalah dukungan atas kerja sama parlemen kedua negara tertutama untuk memajukan pluralisme dan toleransi sekaligus juga kerja sama ekonomi.
BACA: Jokowi Berkomitmen Majukan Kemitraan Dagang Industri dengan Republik Cek
"Untuk dimaklumi bahwa Ketua Senat Republik Cek dan rombongan itu juga mengikutsertakan sejumlah pengusaha karena itu Presiden Jokowi juga mengatakan kita memiliki komitmen meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Cek," katanya.
Dalam pertemuan itu, Presiden juga menyampaikan permintaan dukungan agar Republik Cek membantu mempercepat konklusi perundingan kemitraan ekonomi menyeluruh Indonesia Uni Eropa atau IU CEPA.
Sementara Senat Republik Cek antara lain menyampaikan perlunya peningkatan kerja sama energi karena saat ini negaraviti surplus dalam energi. "Juga disampaikan upaya kerja sama d bidang otomotif, dan Bapak Presiden secara terbuka mengatakan Indonesia tentu ingin bekerja sama dalam pengembangan otomotif, bahkan mengarah pada industru 4.0," katanya. Mereka membuka peluang mahasiswa Indonesia terutama di bidang kedokteran untuk belajar di negara Eropa itu.
Sementara itu mengenai volume perdagangan kedua negara, Fachir menyebutkan saat ini mencapai sekitar 260 juta dolar AS dan Indonesia dalam posisi defisit. "Mereka membawa pengusaha ke sini untuk semakin meningkatkan kerja sama, bahkan mereka mengapresiasi makin banyak turis Republik Cek datang ke sini, " katanya.
Ketika ditanya komitmen investasi pengusaha Republik Cek di Indonesia, Fachir mengatakan belum tahu. "Saya belum tahu, ini nanti masih akan ketemu dengan berbagai pihak termasuk Menteri Perindustrian," katanya.
Baca berita tentang Jokowi lainnya di Tempo.co.