TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memastikan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sama sekali tidak berpengaruh pada kementeriannya. Usai mengikuti rapat bersama Presiden Joko Widodo pada Rabu kemarin, 5 September 2018, kata Basuki, pemerintah telah memutuskan seluruh proyek di Kementerian PUPR terus dilanjutkan.
Baca juga: Rupiah Diprediksi Kembali Menguat terhadap Dolar AS Hari Ini
"Jadi tidak ada proyek-proyek di PU yang ditunda," kata dia saat ditemui selepas mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi Infrastruktur DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 6 September 2018.
Menurut Basuki, keputusan ini diambil lantaran proyek-proyek di PUPR memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang sangat tinggi hingga 90 persen. Sementara, kebijakan pemerintah atas pelemahan nilai tukar rupiah selama ini hanya diarahkan untuk mengerem impor.
Sebelumnya pada hari yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah masih menyusun daftar proyek infrastruktur yang akan dihentikan sementara pada tahun ini. Langkah ini diambil mengendalikan nilai tukar rupiah yang dalam beberapa hari terakhir berada di level Rp 14.800-Rp 14.900 per dollar Amerika Serikat.
Saat ini, ada setidaknya 26 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tengah dikebut pengerjaannya oleh PUPR agar rampung pada akhir 2018. Dua puluh enam proyek ini terdiri dari 8 bendungan, 3 jaringan irigasi, 12 jalan tol, dan 3 perumahan. Sisanya sebanyak 53 proyek strategis ditargetkan rampung akhir 2019.
Meski demikian, Basuki mengatakan kebutuhan akan barang memang masih dilakukan meski jumlahnya tak terlalu signifikan. Sebagai contoh, proyek di PUPR selama ini lebih banyak menggunakan aspal impor lantaran rendahnya suplai dalam negeri. Sebanyak 800 ribu ton aspal yang dibutuhkan di seluruh proyek PUPR ternyata tidak sanggup dipenuhi oleh produsen dalam negeri.
Baca berita terkait nilai tukar rupiah di Tempo.co