TEMPO.CO, New York -Minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Jumat, 3 Agustus 2018 waktu setempat (Sabtu pagi WIB, 4 Agustus 2018), menyerahkan keuntungan dari sesi sebelumnya. Hal ini terjadi karena kekhawatiran perang dagang membebani pasar dan memicu kecemasan tentang permintaan.
BACA: Perang Dagang AS - Cina, Indonesia Cari Peluang Dongkrak Ekspor
Minyak berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, kehilangan 0,47 dolar AS menjadi menetap di 68,49 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, turun 0,24 dolar AS menjadi ditutup pada 73,21 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Kedua kontrak acuan sempat diperdagangkan turun lebih dari satu dolar AS per barel. Minyak mentah AS mengakhiri minggu ini dengan penurunan 0,4 persen, sementara Brent telah jatuh 1,5 persen sepanjang minggu ini.
"Ini adalah perasaan gelisah, selama kita memiliki ketidakpastian sanksi Iran dan ketidakpastian tarif, dan tidak perlu banyak pemicu ayunan signifikan dengan cara apa pun atau lainnya," kata Jim Ritterbusch, analis di Galena, Illinois.
BACA: Perang Dagang, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Terancam Turun pada Semester II
Ketakutan bahwa permintaan Tiongkok dapat berkurang memicu kemunduran pada Jumat, setelah perusahaan minyak utama negara itu, Sinopec, memangkas pembelian minyak mentah AS.
Unipec dari Tiongkok, unit perdagangan Sinopec, telah menghentikan impor minyak mentah dari Amerika Serikat akibat meningkatnya perselisihan perdagangan antara Washington dan Beijing, tiga sumber yang akrab dengan situasi tersebut mengatakan pada Jumat.
"Permintaan Tiongkok dari penyuling independen juga lebih rendah, sementara perang dagang yang meningkat juga tidak membantu sentimen," kata Warren Patterson, analis komoditas di ING.