TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan berupaya untuk memanfaatkan peluang dari situasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina untuk mendongkrak ekspor serta memperkuat cadangan devisa Indonesia.
Baca juga: Perang Dagang, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Terancam Turun pada Semester II
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, dengan kondisi perang dagang antara AS dan Cina tersebut itu Indonesia bisa memanfaatkannya dengan mengisi kekosongan produk yang diimpor kedua negara dan menggantikannya dengan produk yang diproduksi oleh industri dalam negeri.
"Mengisi kekosongan produk-produk Cina di Amerika yang sesuai dengan produksi dalam negeri, juga peluang yang bisa diambil di Cina atas kekosongan produk dari Amerika," kata Mendag Enggartiasto saat dihubungi, Jumat, 3 Agustus 2018.
Amerika Serikat melalui kepemimpian Presiden Donald Trump telah mulai menerapkan tarif pajak tinggi terhadap barang-barang impor dari Cina. Retaliasi tersebut dibalas Cina dengan mengurangi pembelian beberapa produk dari Negeri Paman Sam itu.
Baca juga: Perang Dagang AS - Cina, OJK: Stabilitas Jasa Keuangan RI Terjaga
Dari kondisi perang dagang tersebut, ada peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi kekosongan produk, baik di Amerika maupun di Cina. Selain itu, Indonesia berkepentingan untuk menggenjot ekspor dalam upaya untuk memperkuat cadangan devisa.
Selain melihat peluang dari perang dagang yang terjadi antara AS dengan Cina, Indonesia tetap berupaya untuk membuka pasar-pasar tujuan ekspor non tradisional dan mengamankan pasar ekspor tradisional. Pasar ekspor non tradisional tersebut antara lain adalah negara di kawasan Afrika, Amerika Latin, Timur Tengah, Eurasia, serta Asia Selatan. "Kami membuka pasar baru dan produk baru, selain juga mengamankan pasar ekspor yang sudah ada," kata Mendag.
ANTARA