TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Cirebon, Jawa Barat, mengharapkan pemerintah daerah menata destinasi wisata di kota tersebut untuk menarik kunjungan wisatawan karena setelah jalan Tol Trans Jawa tersambung, okupansi hotel menurun.
"Wisata di Cirebon kurang bisa diandalkan karena hanya sedikit, satu hari saja orang sudah bisa menjelajah tanpa harus menginap, untuk itu kami berharap ada penataan destinasi wisata," kata Ketua PHRI Kota Cirebon Imam Reza Hakiki yang akrab disapa Kiki ini di Cirebon, Selasa, 26 Juni 2018.
Baca juga: Pejabat Ini Ingin Tol Trans Jawa Dinamai Jokowi
Kiki mengatakan dengan pariwisata yang baik bisa menjadikan Kota Cirebon maju, karena pergerakan ekonomi juga akan meningkat dengan banyaknya wisatawan.
"Soalnya di Cirebon tidak bisa diandalkan, di Cirebon wisatanya hanya batik, kuliner, dan Keraton, sehari saja orang sudah bisa pulang, karena sangat sedikit tujuan wisatanya," katanya.
Baca juga: Jalan Tol Trans Jawa Beroperasi, YLKI: Macetnya Bisa Lebih Parah
"Apalagi ditambah kotanya macet, sampah di mana-mana, kotor ruwet dan kalau tidak ditata dengan baik tentu tidak ada harapan lagi," ujarnya menambahkan.
Kondisi tersebut, kata Kiki, diperparah dengan tersambungnya jalan Tol Trans-Jawa. Orang yang datang ke Cirebon semakin sedikit, terbukti dengan okupansi hotel yang terus menurun.
Kiki menuturkan sebelum jalan Tol Trans Jawa tersambung, Kota Cirebon merupakan salah satu tempat yang banyak didatangi wisatawan, apalagi setelah jalan Tol Cipali dibuka.
Di Kota Cirebon, kata Kiki, ada sekitar 90 hotel. Setelah jalan Tol Trans Jawa tersambung dan tidak ada penataan wisata oleh Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, masyarakat seakan enggan lagi ke Kota Cirebon. Pengusaha hotel mulai dari kelas melati hingga bintang empat pun merasakan penurunan okupansi. "Harapan kami Pemda bisa mendatangkan orang, itu saja," katanya.
ANTARA