TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia sudah menyiapkan skema lindung nilai (hedging) untuk menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury mengatakan upaya lindung nilai selalu dilakukan dari waktu ke waktu.
Ia menuturkan skema hedging bisa menekan kerugian akibat depresiasi rupiah sekitar 23 persen. "Hedging dilakukan tapi kami ada keterbatasan," kata Pahala di Jakarta, Senin 28 Mei 2018.
Menurut Pahala, skema lindung nilai dilakukan untuk dua komponen utama, yaitu bahan bakar dan biaya operasional yang harus dibayar dalam mata uang asing, seperti membayar sewa pesawat. Ia menyatakan perusahaan melakukan lindung nilai karena sebagian besar kewajiban yang harus dikeluarkan Garuda dalam bentuk rupiah. Sementara total pendapatan yang berasal dari kurs dolar hanya menyumbangkan porsi sebesar 30 persen saja.
Simak: Laba Bersih Garuda Indonesia Anjlok Jadi US$ 43,6 Juta
Belakangan ini rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat. Sepanjang Mei ini rupiah bergerak di kisaran 13.900 hingga 14.000. Posisi terendah rupiah terjadi pada 24 Mei di mana rupiah berada di level 14.205.
Perusahaan, lanjut Pahala, sudah menyiapkan strategi agar pendapatan tidak tergerus oleh pelemahan rupiah. Beberapa hal yang dilakukan Garuda ialah melakukan efisiensi, mengoptimalkan penggunaan bahan bakar, mengembangkan pendapatan dari segmen lainnya, dan menaikkan tarif. "Kami lakukan diversifikasi pendapatan," kata dia.
Mantan Direktur Keuangan Bank Mandiri itu menjelaskan Garuda tidak bisa mengandalkan pendapatan dari penumpang terus menerus. Di sisi lain, kata dia, ada peluang meningkatkan pendapatan dari segmen unsalary revenue, seperti kargo dan iklan. Sementara strategi menaikkan tarif, lanjut Pahala, perusahaan tidak bisa melakukannya karena harus ada persetujuan dari pemerintah. "Sudah diusulkan tapi kami berada dalam posisi menunggu pemerintah," ucapnya.
Dalam laporan keuangan kuartal I 2018, cadangan lindung nilai arus kas Garuda Indonesia mencapai USD28,42 juta. Pada periode yang sama tahun sebelumnya cadangan lindung nilai arus kas mencapai USD 30,66 juta. Sementara transaksi hedging yang dilakukan selama kuartal 1 2018 perusahaan mengalami rugi sebesar USD 2,23 juta. Pada kuartal I 2017 transaksi hedging Garuda mengalami untung sebesar USD 1,38 juta.
PT Kalbe Farma Tbk pun mengambil langkah yang tak berbeda dengan Garuda Indonesia. Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan perusahaan akan melakukan efisiensi di proses produksi dan mengatur kembali produk mix kalbe. "Rupiah yang melemah akan menaikkan biaya produksi kami," ucapnya singkat.