TEMPO.CO, Jakarta- Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca perdagangan Indonesia pada April 2018 sebesar 1,63 miliar dolar Amerika Serikat. Defisit tersebut dipengaruhi oleh neraca perdagangan non-migas dan migas.
"Bank Indonesia memandang defisit neraca perdagangan April 2018 tidak terlepas dari peningkatan kegiatan produksi dan investasi, seiring dengan membaiknya prospek perekonomian domestik," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan tertulisnya yang Tempo terima, Rabu, 16 Mei 2018.
Baca: Utang Luar Negeri Kuartal I 2018 Tembus 358 Miliar Dolar AS
Secara kumulatif, pada periode Januari-April 2018 defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar 1,31 miliar dolar AS. Neraca perdagangan non-migas, kata Agusman, mencatat defisit sebesar 0,50 miliar dolar AS. Hal itu dipengaruhi oleh kenaikan impor non-migas yang tercatat sebesar 13,77 miliar dolar AS di tengah perlambatan ekspornya, sebesar 13,28 miliar dolar AS.
Impor non-migas meningkat 1,55 miliar dolar AS jika dibandingkan dengan impor pada bulan Maret 2018 lalu. Peningkatan itu didorong oleh kenaikan impor barang modal dan bahan baku, termasuk mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, serelia, ampas industri makanan, serta pesawat dan bagian-bagiannya.
"Peningkatan impor tidak terlepas dari kegiatan produksi dan investasi yang juga meningkat," ujar Agusman.
Sementara ekspor non-migas, lanjut Agusman, tercatat sebesar 13,28 miliar dolar AS atau turun 0,97 miliar dolar AS dibandingkan Maret 2018. Hal ini dikarenakan turunnya ekspor bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani serta nabati, perhiasan, bijih, kerak, dan abu logam, serta besi dan baja. Secara kumulatif pada Januari-April 2018, kata Agusman, BI mencatat neraca perdagangan non-migas masih surplus sebesar 2,50 miliar dolar AS.
Agusman menjelaskan, untuk neraca perdagangan migas, peningkatan defisit dipengaruhi oleh menurunnya ekspor migas di tengah peningkatan impornya. Defisit neraca perdagangan migas pada April 2018 tercatat sebesar 1,13 miliar dolar AS. Jumlah ini naik 0,90 miliar dolar AS dibandingkan Maret 2018.
Hal tersebut dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas sebesar 0,15 miliar dolar AS, jika dilihat secara month to month (mtm), terutama ekspor minyak mentah. Sementara itu, impor migas naik sebesar 0,08 miliar dolar AS (mtm) yang bersumber dari impor hasil minyak dan gas.
"Secara kumulatif, neraca perdagangan migas mengalami defisit 3,81 miliar dolar AS, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 3,19 miliar dolar AS," ujar Agusman.
Ke depannya, kata Agusman, BI meyakini kinerja neraca perdagangan akan membaik seiringdengan pemulihan ekonomi dunia dan harga komoditas global yang tetap tinggi. Hal ini akan mendukung prospek pertumbuhan ekonomi dan ketahanan neraca transaksi berjalan.