TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, menyebut utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal pertama 2018 tumbuh melambat. "Hal itu disebabkan utang luar negeri sektor pemerintah dan swasta yang tumbuh lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya," kata Agusman dalam keterangan resmi yang Tempo terima, Selasa, 15 Mei 2018.
Agusman menyebut, utang luar negeri Indonesia pada akhir kuartal pertama 2018 tercatat sebesar US$ 358,7 miliar. Jumlah itu terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 184,7 miliar serta utang swasta sebesar US$ 174,0 miliar.
Pertumbuhan kedua utang luar negeri itu sebesar 8,7 persen jika dilihat secara year on year (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang mencapai 10,4 persen (yoy).
Menurut Agusman, utang luar negeri pemerintah terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) berisi Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara milik non-residen sebesar US$ 124,8 miliar dan pinjaman kreditur asing sebesar US$ 56,3 miliar.
"Peningkatan tersebut terutama bersumber dari penerbitan global sukuk sebesar US$ 3 miliar," ujarnya.
Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri swasta melambat, terutama dipengaruhi oleh ULN sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas, dan uap atau air panas (LGA).
Pada kuartal pertama, pertumbuhan utang luar negeri kedua sektor itu masing-masing tercatat sebesar 4,4 persen dan 19,3 persen. Selanjutnya, kata Agusman, pertumbuhan ULN sektor pertambangan mengalami peningkatan. Sedangkan untuk sektor keuangan dinilai stabil dibanding kuartal sebelumnya.
"Pangsa utang luar negeri keempat sektor itu terhadap total utang luar negeri swasta sebesar 72,2 persen, relatif sama dengan pangsa kuartal sebelumnya," tutur Agusman.
Perkembangan utang luar negeri pada kuartal pertama 2018, kata Agusman, dinilai masih terkendali. Hal ini terlihat dari rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang pada akhir kuartal pertama 2018 tercatat sebesar 34 persen. Rasio tersebut, kata dia, masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain.
Jika dilihat secara jangka waktu, struktur utang Indonesia pada akhir kuartal pertama 2018 tetap didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang yang memiliki porsi 86,1 persen dari total keseluruhan.
"BI bersama pemerintah akan terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan," kata dia. "Tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian."