TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, yakin kasus bom Surabaya akan cepat diatasi kepolisian. Karena itu, Bhima optimistis teror bom tidak akan berdampak pada perekonomian di Surabaya, apalagi nasional.
"Saya optimistis penanganan dari aparat keamanan untuk mengembalikan kondisi di Surabaya bisa berjalan cepat. Jadi efek yang ditimbulkan ke kepercayaan investor juga kecil," kata Bhima kepada Tempo, Ahad, 13 Mei 2018.
Baca juga: Ledakan Bom di Surabaya, 12 Orang Dikabarkan Tewas
Bhima mencontohkan teror di Gereja St Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, pada 11 Februari 2018. Menurut Bhima, peristiwa itu hampir tidak berdampak ke sentimen pasar.
“Investor saat ini lebih mencermati data-data ekonomi makro dan tren kenaikan bunga acuan The Fed,” kata Bhima.
Bhima juga menuturkan prospek bisnis di Surabaya masih cerah dengan tingkat populasi kelas menengah yang semakin besar. Menurut dia, pengembangan kawasan industri di sekitarnya juga baik, sehingga dampak dari teror bom tersebut kemungkinan kecil.
Pagi ini, ledakan bom terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Nomor 1, Kelurahan Baratajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya. Juru bicara Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Frans Barung Mangera, mengatakan ledakan juga terjadi di gereja lain.
Selain ledakan di kawasan Ngagel Madya, Barung mengatakan ledakan terjadi di dua lokasi lainnya di Surabaya, yaitu Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, teror bom Surabaya terjadi di tiga tempat dengan interval antar-lokasi sekitar lima menit. Adapun ledakan yang terjadi di Gereja Santa Maria diduga dilakukan pada pukul 07.15 WIB dengan aksi bom bunuh diri menggunakan sepeda motor.
CAESAR AKBAR