TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Darmin Nasution optimis Indonesia dapat menjalani Making Indonesia 4.0 dengan mengupgrade mutu pendidikan. Dia menuturkan selain pembangunan infrastruktur, pemerintah juga akan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia lewat sekolah vokasi. “Kalau dibandingkan negara lain, SDM kita tidak cukup unggul,” tutur dia di Jakarta Convention Center, Rabu, 4 April 2018.
Untuk mengejar ketertinggalan, Darmin mengatakan pemerintah sedang mengembangkan pendidikan vokasi untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Sekolah vokasi digerakkan untuk mengejar ketertinggalan dalam jangka pendek. “Pendidikan sarjana dan pascasarjana juga perlu,” tutur dia.
Simak: Butuh Tenaga Terampil, Pemerintah Rancang Pelatihan Vokasi
Menurut Darmin ada beberapa ketrampilan yang belum dikuasai SDM di Indonesia, salah satunya juru ukur. Dia mengatakan Kementerian Agraria menciptakan pendidikan vokasi, sehingga mereka menghasilkan ribuan tenaga ahli yang siap bekerja.
Making Indonesia 4.0 merupakan strategi pemerintah memasuki industri digital. Menteri Perindustrian Airlangga Hertanto mengatakan diimplementasikan strategi tersebut, akan mendorong pertumbuhan ekonomi hingga tiga ribu kali lipat.
Airlangga menyerahkan pemetaan 10 langkah dalam pengembangan industri 4.0. untuk mengembangkan industri manufaktur yang berdaya saing global. “Antara lain infrastruktur kita tangani,” kata dia.
Sepuluh langkah tersebut antara lain, mencakup perbaikan alur barang dan material, membangun zonasi industri yang komprehensif, mengakomodir standar keberlanjutan, memberdayakan industri kecil dan menengah, dan membangun infrastuktur digital Indonesia.
Selanjutnya, menarik minat investor asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan.”Indonesia berkomitmen mengimplementasikan Making Indonesia 4.0,” ujar Airlangga didampingi Menteri Darmin.
Airlangga menjelaskan saat ini, industri kecil dan menengah menjadi inklusif, di mana sifatnya akan sama dengan e-commerce platform. Sehingga indutri kecil dan menengah juga dapat besaing secara global. Untuk itu, industri nasional membutuhkan konetivitas serta interaksi melalui teknologi.