TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini M. Soemarno menargetkan pada 2018 tidak ada lagi BUMN yang menderita kerugian. Selama 2017, BUMN yang mengalami defisit sebanyak 12 perusahaan.
"Tahun 2016 jumlah BUMN yang rugi mencapai 24 perusahaan, tahun 2017 turun menjadi 12 perusahaan. Tahun 2018 targetnya tidak ada lagi yang rugi," kata Rini saat mengikuti Fun Bike BUMN 2018, di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Minggu, 25 Maret 2018.
Menurut dia, berbagai langkah akan dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan, terutama yang masih dalam keadaan defisit. "Banyak cara, namun yang paling utama adalah sinergi. Misalnya, BUMN dalam satu sektor yang sama, logistik pengadaan barang bisa dikoordinasikan sehingga lebih efisien," ujarnya.
Baca juga: Cegah Skimming, BNI Periksa 17 Ribu Mesin ATM-nya
Selain itu, sinergi BUMN diarahkan untuk saling memanfaatkan jasa ataupun produksi yang dihasilkan beberapa perusahaan. Ia menyoroti beberapa BUMN yang masih dalam tekanan keuangan, yaitu PT Garuda Indonesia, yang perlu berbenah agar kinerja operasi lebih bagus lagi.
Khusus untuk Garuda, kerugian terjadi karena perusahaan ini terjebak dalam perang tarif dan rute penerbangan internasional yang tidak efisien. Sedangkan Krakatau Steel kerugiannya membengkak antara lain akibat adanya dumping baja dari Cina.
Untuk itu, ujar Rini, BUMN yang merugi harus melakukan efisiensi, termasuk menjalin sinergi antar-perusahaan. BUMN yang memiliki bisnis atau usaha yang sama juga diarahkan digabung.
Dalam kesempatan itu, Rini menjelaskan, secara konsolidasian, 128 BUMN pada 2017 membukukan laba komprehensif Rp 183 triliun, naik sekitar 10 persen dibanding 2016. "Saya berterima kasih kepada semua insan BUMN yang telah bekerja keras selama ini. Saya harapkan di tahun 2018 semua BUMN bisa untung serta keluarga besar BUMN bisa bahagia dan sejahtera bersama," ujarnya.
ANTARA