TEMPO.CO, Jakarta -Peneliti Megawati Institute Faishal Rahman mengatakan penghasilan 40 orang terkaya di Indonesia rata-rata tumbuh 17 persen dalam kurun waktu 2006 hingga 2016. Angka tersebut tidak sejalan dengan pertumbuhan perekonomian nasional yang rata-rata hanya 6 persen. Pertumbuhan pendapatan para konglomerat itu pun tak sebanding dengan pendapatan perkapita yang rata-ratanya hanya 4 persen dalam kurun waktu 10 tahun.
“Laju kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia tiga kali lebih cepat dari pertumbuhan nasional selama tahun 2006 hingga 2016.” Kata Faishal di Kantor Megawati Institute, Rabu, 21 Maret 2018.
Faishal menjelaskan akumulasi dari pendapatan 40 orang terkaya tersebut selama satu tahun mencapai US$ 16,8 miliar atau sekitar Rp 231 triliun. Dia menuturkan satu orang terkaya di Indonesia bisa menghasilkan US$ 400 juta (Rp 5,5 triliun) selama satu tahun.
Jika rentang waktunya dipersempit, kata Faishal, penghasilan orang terkaya di Indonesia mencapai US$ 36 juta perbulan atau sekitar Rp 400 miliar. Angka tersebut menjadi timpang, ketika penghasilan buruh tani di Indonesia hanya Rp 1,5 juta terbulan.
Infografis: Pedoman Sehari-Hari Bill Gates, Salah Satu Orang Terkaya di Dunia
Faishal mengatakan jumlah buruh tani di Indonesia sebanyak 37 juta orang. “Penghasilan satu orang konglomerat di Indonesia, hampir sama dengan penghasilan 37 juta buruh tani se-Indonesia,” tutur dia.
Buruh tani adalah penyumbang 29,68 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Faishal berujar, kualitas tenaga kerja Indonesia masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dari persentase angka tenaga kerja berpendidikan akhir Sekolah Dasar (SD) yang masih mendominasi. Di tahun 2017 42,1 persen pekerja Indonesia merupakan lulusan SD.
Terpusatnya kekayaan pada segelintir orang, ujar Faishal juga salah satu hal yang mendorong terjadinya ketimpangan di Indonesia. Ketimpangan pendapatan rentan terhadap guncangan ekonomi. “Hal tersebut akan mempengaruhi alokasi pendapatan terhadap pendidikan dan kesehatan,” ujar Faishal.
Megawati Institute memberikan beberapa rekomendasi atas hasil penelitiaannya soal ketimpangan ekonomi di Indonesia. Salah satunya mendorong inovasi yang mampu meningkatkan keahlian tenaga kerja. Pemerintah diharapkan pula membuat lapangan kerja pedesaan di luar usaha tani. “Garis kemiskinan merupakan representasi kebutuhan masyarakat,” ucap Faishal.