TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia meminta Bank Rakyat Indonesia atau BRI menuntaskan kasus skimming, yang menyebabkan dana nasabahnya dibobol orang. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto, BRI telah menjamin akan menuntaskan kasus dugaan skimming tersebut.
Selain menuntaskan kasus penyadapan data tersebut, Bank Indonesia meminta BRI meningkatkan keamanan dalam sistem pembayaran untuk perlindungan konsumen. "Kami panggil bank. Memang itu terjadi beberapa skimming ke beberapa nasabah Simpedes. Dari BRI, mereka berkomitmen untuk menyelidiki kasus itu," kata Erwin.
Erwin menjelaskan, kasus skimming terjadi pada nasabah Simpedes yang menggunakan kartu debit dengan ketentuan saldo di bawah Rp 5 juta. Kartu debit dengan saldo tersebut masih diperbolehkan menggunakan magnetic stripe.
Dari hasil pertemuan itu, kata Erwin, pihak BRI berjanji akan mempercepat penggantian kartu debet yang masih menggunakan magnetic stripe dengan teknologi chip. "Dengan adanya kasus ini, BRI komitmen mempercepat migrasi," ujarnya.
Baca juga: Dana Nasabah Dibobol, BRI Patroli ke Setiap ATM
BI mengaku sudah memanggil pimpinan BRI untuk meminta penjelasan terkait dengan banyaknya kasus pencurian data pada kartu debit (skimming), terutama di Jawa Timur. Dari hasil pertemuan itu, BRI telah menjamin akan menuntaskan kasus dugaan skimming tersebut.
Bila terbukti modus yang digunakan adalah skimming, Erwin melanjutkan, BRI akan mengganti keseluruhan dana nasabah yang hilang. "Karena ini menyangkut sistem pembayaran, kami juga sangat concern," ucapnya, Jumat, 16 Maret 2018.
Kepolisian Daerah Jawa Timur mencatat, hingga Rabu lalu, ada 87 nasabah BRI yang melaporkan saldo di rekeningnya telah berkurang secara misterius. Sebanyak 33 di antaranya tercatat sebagai nasabah BRI Unit Ngadiluwih dan 54 nasabah dari BRI Unit Purwokerto.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera menyebutkan para nasabah BRI ini tiba-tiba menerima pesan singkat yang menginformasikan saldonya berkurang mulai Rp 500 ribu hingga Rp 10 juta. "Padahal mereka sama sekali tidak melakukan transaksi," tuturnya. Polda Jawa Timur telah menurunkan tim dari Subdirektorat Perbankan Direktorat Reserse Kriminal Khusus untuk membantu penyelidikan di Kepolisian Resor Kediri.
ANTARA