TEMPO.CO, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia atau BEI gencar menggaet investor retail dengan sejumlah program, seperti pendirian galeri investasi di kampus dan pasar tradisional, serta program Desa Nabung Saham. Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengatakan program-program tersebut berdampak signifikan, yang terbukti dengan terus bertambahnya jumlah investor retail yang terdaftar di bursa.
BEI menargetkan jumlah investor retail meningkat 20 persen atau mencapai 750 ribu hingga akhir tahun ini. Per akhir pekan lalu, kata Nicky, jumlah investor retail sudah menyentuh angka 651 ribu. Selain itu, keaktifan bertransaksi pun meningkat hampir 100 persen sejak dua tahun lalu, dari 70 ribu per bulan menjadi 130 ribu per bulan.
"Artinya, tidak hanya investor baru yang bertambah, tapi mereka juga aktif bertransaksi," kata Nicky kepada Tempo, Senin, 26 Februari 2018.
Baca: IHSG Bakal Menguat ke Level 6.610 Hari Ini
Selain itu, BEI gencar menyasar investor muda. Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Desember lalu, jumlah investor retail berusia 20-30 tahun 26 persen, sementara usia 30-40 tahun 25 persen. Nicky menambahkan, ada sekitar 5 persen investor retail berusia 17-20 tahun.
Pekan ini, Nicky menambahkan, BEI akan meresmikan pendirian lima galeri investasi di lima kampus di Jawa Timur. Hingga sekarang, terhitung sudah ada lebih dari 330 galeri investasi di kampus-kampus di Indonesia. BEI menargetkan 400 galeri investasi kampus berdiri tahun ini. "Tiga di Surabaya, 1 di Nganjuk, dan 1 di Madiun," ujarnya.
Nicky melanjutkan, BEI pekan lalu meresmikan galeri investasi di pasar tradisional di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia berujar BEI akan kembali meresmikan satu galeri investasi pasar tradisional di Kalimantan Timur bulan depan. BEI menargetkan enam galeri investasi pasar tradisional berdiri pada semester I ini.
"Yang sudah siap Kaltim. Ada juga Bogor, tapi masih kami jajaki. Ada beberapa daerah lain, sedang disiapkan," ucapnya.
Nicky mengaku otoritas bursa optimistis dengan target tersebut. BEI mencatat geliat investor retail terjadi merata di berbagai daerah. Jika 2-3 tahun belakangan 80 persen investor retail berasal dari DKI Jakarta, kata Nicky, kini angka tersebut turun menjadi 75-76 persen.
"Bukan Jakarta enggak nambah (jumlah investornya). Jakarta nambah, tapi daerah perlahan-lahan mengalami kenaikan jumlah investor. Jadi merata," tuturnya.