TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memperkirakan ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih tinggi pada awal Februari 2018 memunculkan tekanan yang cukup kuat terhadap nilai tukar mata uang global, tak terkecuali rupiah. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pihaknya akan mewaspadai meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global terhadap mata uang rupiah.
"(Kami) tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar agar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," ucap Agus saat konferensi pers di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 15 Februari 2018.
Agus memaparkan nilai tukar rupiah bergerak menguat pada Januari 2018 setelah sempat mengalami tekanan pada triwulan keempat 2017. Pada triwulan IV 2017, secara rata-rata harian, rupiah melemah sebesar 1,51 persen menjadi 13.537 per dolar Amerika Serikat. "Namun rupiah kembali menguat sebesar 1,36 persen menjadi 13.378 per dolar Amerika pada Januari 2018," ujarnya.
Menurut Agus, penguatan ini didorong oleh aliran modal asing yang kembali masuk sejalan dengan persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik dan penguatan mata uang kawasan.
Sementara itu, inflasi pada Januari 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran. Inflasi IHK Januari 2018 tercatat 0,62 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,71 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 3,25 persen (yoy) atau berada pada kisaran sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5±1 persen (yoy).
Baca Juga:
"Terkendalinya inflasi dipengaruhi oleh tetap terkelolanya inflasi inti sejalan dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi," tuturnya.
Di samping itu, Agus menjelaskan, terkendalinya inflasi juga bersumber dari administered prices yang deflasi seiring normalisasi tarif angkutan seusai musim liburan. Namun inflasi volatile food meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras. Bank Indonesia memperkirakan inflasi ke depan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1 persen (yoy).
"Koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, antara lain sebagai antisipasi risiko meningkatnya tekanan inflasi, khususnya yang bersumber dari volatile food," katanya.