TEMPO.CO, Tasikmalaya -Beroperasinya bandara komersial Wiriadinata Tasikmalaya, Jawa Barat merupakan salah satu upaya pemerintah mewujudkan tol udara. Keberadaan bandara di selatan Jawa ini diharapkan bisa menghubungkan (konektivitas) semua daerah di Pulau Jawa, bahkan Indonesia.
"Program Airnav, Pulau Jawa ke depan kita buat semacam tol udara," kata Direktur Utama AirNav, Novie Riyanto saat acara Workshop Optimalisasi Jalur Selatan Jawa di Bandara Wiriadinata, Kamis 25 Januari 2018.
Sebagai salah satu bagian tol udara, perlu ada penambahan alat-alat navigasi di Bandara Wiriadinata. Menurut Novie, peralatan navigasi di bandara ini merupakan peralatan navigasi generasi pertama. "Bisa dikatakan kuno, sangat tua," kata dia.
Baca: Terminal Baru Bandara Tjilik Riwut Beroperasi Awal 2019
Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya akan memperbarui sistem navigasi di bandara ini. Pihak AirNav akan memasang VOR DME yang lebih tinggi frekuensinya. "Berbasis very high frekuensi," ujarnya.
Saat ini pilot masih menggunakan visual saat membawa pesawat. Nantinya akan diubah menjadi instrumen. "Pendaratan (pesawat) nanti dengan satelit. Safety," tegas Novie.
Dengan adanya tol udara, menurut dia, tentunya akan mendorong perekonomian di daerah, dan meningkatkan pariwisata daerah. "Lalu lintas di (Jawa bagian) utara sudah padat. Kita hidupkan di Jawa Selatan," jelasnya.
Kepala Humas Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Soebagio mengatakan, untuk mencapai keseimbangan antara Jawa bagian utara dengan Jawa selatan, pihaknya tengah mengupayakan pengembangan bandara di Jawa Selatan. "Untuk menjaga keseimbangan dan menumbuhkan ekonomi," katanya.
Di Bandara Wiriadinata, ada sebuah maskapai, Wings Air yang melayani penerbangan Tasikmalaya-Jakarta. Jika lewat darat, waktu tempuh Tasikmalaya ke Jakarta mencapai 6-7 jam. Dengan pesawat hanya butuh 30 menit. "Adanya penerbangan Jakarta-Tasikmalaya minimal sudah menjawab tantangan kemudahan aksesibilitas.
Waktu tempuh Jakarta-Tasikmalaya 6-7 jam. Tapi cukup 30 menit (dengan pesawat) meski baru sekali sehari," jelas Agus. Dengan dibukanya bandara baru, menurut Agus, akan menumbuhkan konektivitas-konektivitas baru.
Hal ini bukan hanya di Jawa bagian selatan saja, tapi di seluruh Indonesia. "Yang semula tidak diramalkan bakal ramai, kini menjadi konektivitas baru. Contohnya Bandara Silangit, Wakatobi, Papua.
Begitu dibangun, modernisasi, sekarang tumbuh rute-rute baru sehingga memunculkan konektivitas bandara," katanya. Konektivitas itu, lanjut Agus, berpengaruh besar bagi daerah, terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor pariwisata. "Inilah gol yang ingin kita harapkan," tegas dia.
Kepala Bandara Cakrabhuwana Cirebon yang membawahi Bandara Wiriadinata, Mark Ferdinan mengatakan, menurut MoU TNI AU, Dirjen Perhubungan Udara, Pemkot Tasikmalaya pada Juni 2017, Bandara Cirebon dapat tugas mengembangkan Bandara Wiriadinata menjadi salah satu faktor penghubung jalur selatan. Selain itu Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar memperpanjang runway jadi 1400 meter.
Saat ini, runway Bandara Wiriadinata sudah 1.400 meter. "Akan ditambah 200 meter lagi, jadi total 1.600 meter. Diharapkan makin terkoneksi dan meningkatkan perekonomian," katanya.