TEMPO.CO, Jakarta - Untuk mengurangi kerentanan kawasan Jabodetabek dari bencana banjir, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah membangun dua bendungan kering (dry dam), yakni Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi.
Kedua bendungan tersebut berlokasi di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, dan pembangunannya ditargetkan selesai pada pertengahan 2019.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Jarot Widyoko, mengatakan pembangunan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir (flood control) Jakarta.
"Sebagai bendungan kering maka baru akan digenangi air jika intensitas hujan tinggi. Sementara saat musim kemarau bendungan ini kering," ujarnya pada Jumat, 15 Desember 2017.
Baca: Atasi Banjir, PUPR Targetkan 2 Bendungan Kering Selesai pada 2019
Bendungan Ciawi berlokasi di bagian hulu Sungai Ciliwung di Desa Cipayung, Desa Gadog; Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung; dan Desa Kopo di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
Pembangunan Bendungan Ciawi membutuhkan lahan dengan total 899 bidang seluas 78,7 hektare yang digunakan sebagai area kontruksi 28,59 hektare, area genangan 31,96 hektare, dan area green belt 18,15 hektare.
"Bendungan ini menampung aliran Sungai Cisarua, Sungai Cibogo, dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 6,74 juta meter kubik," kata Jarot.
Baca: Antisipasi Banjir Jakarta, PU Bangun 2 Bendungan Kering
Bendungan Sukamahi berlokasi di bagian hulu Sungai Cisukabirus di Desa Sukamahi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pembangunan Bendungan Sukamahi membutuhkan lahan dengan total 621 bidang seluas 49,82 hektare yang digunakan sebagai area kontruksi 34,38 hektare, area genangan 5,23 hektare, area green belt 8,89 hektare area jalan masuk 0,44 hektare dan area fasilitas umum 0,88 hektare.
Bendungan Sukamahi menampung aliran Sungai Cisukabirus dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare.
Fungsi kedua bendungan ini adalah menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung melalui terowongan secara konstan dengan debit rencana Q50. "Meskipun terjadi hujan lebat di daerah hulu, debit Sungai Ciliwung yang masuk ke Jakarta dapat ditahan dan dikendalikan," ucap Jarot.