TEMPO.CO, Denpasar - Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, akan mengajak wisatawan asal Cina kembali mendatangi Bali, meski pemerintah Cina mengeluarkan travel warning berkaitan dengan status Gunung Agung.
"Ini karena mereka pikir seluruh Bali itu berbahaya. Ya pasti kami undang lagi (melalui konsulat)," kata Made Mangku Pastika di Denpasar, Selasa, 12 Desember 2017.
Baca juga: Cina Stop Penerbangan ke Bali, Jumlah Kunjungan Turis Menurun
Cina mengeluarkan travel warning pada 27 November 2017-4 Januari 2018 bagi warganya yang akan berkunjung ke Bali selama fase erupsi Gunung Agung.
Menurut Pastika, ada baiknya Bali tidak hanya fokus untuk menarik minat wisatawan asal Cina. "Harus kita sadari itu. Jadi harus balik lagi barangkali tamu konvensional yang lalu, Eropa, Australia, Amerika, Jepang, Korea," ujarnya.
Adapun Komite Cina Asosiasi Agen Wisata dan Perjalanan (ASITA) Chandra Salim tak menampik bahwa Negeri Tirai Bambu itu penyumbang terbanyak turis ke Bali saat ini. "Kami mengharapkan pemerintah Bali melakukan pendekatan ke konsulat, ke duta besar untuk melihat kondisi (Bali). Undang wartawan Cina, kondisi Bali sekarang kayak begini loh," katanya.
Chandra menambahkan bahwa kunjungan wisatawan Cina ke Bali sebelum kemunculan travel warning diperkirakan akan banyak menjelang Imlek.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali yang dirilis 4 Desember 2017, kedatangan wisatawan mancanegara selama Oktober 2017 tercatat 465.085 orang. Wisman yang datang melalui bandara sejumlah 462.263. Adapun yang melalui pelabuhan laut sebesar 2822 orang.
Seorang turis asal Rusia berpose saat seorang temannya memoto dirinya dengan latar Gunung Agung yang tengah bererupsi di Kabupaten Karangasem, Bali, 30 November 2017. REUTERS
Data BPS menunjukkan jumlah wisman ke Bali pada bulan Oktober 2017 naik. Kenaikan sebesar 7,61 persen dibandingkan dengan catatan pada Oktober 2016. Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, jumlah wisman ke Bali mengalami penurunan sebesar 15,52 persen.
Berdasarkan kebangsaan wisatawan yang paling banyak datang ke Bali pada bulan Oktober 2017 adalah Cina (23,55 persen), Australia (20,21 persen), India (4,83 persen), Inggris (4,62 persen) dan Jerman (4,18 persen).
Adapun Deputi Kementerian Pariwisata sempat mendatangi Konsulat Jenderal Cina di Bali untuk meminta penjelasan terkait kabar dikeluarkannya travel warning.
Menurut Deputi Pemasaran Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, travel warning yang dikeluarkan Cina dirasa paling keras dibandingkan dengan negara lain. Namun, setelah mendapatkan penjelasan, pemerintah Indonesia memahami kebijakan Cina untuk melindungi warganya terkait status Gunung Agung.